Jumat, 19 Oktober 2012

Angkutan Umum yang Aman, Nyaman, dan Terjangkau

Naik Becak keliling YogyakartaSudah jadi idaman bagi rakyat jelata akan adanya angkutan umum yang aman, nyaman, dan terjangkau. Sesuai dengan kebutuhan. Angkutan umum di komplek perumahan dengan jarak kurang dari 700 meter, tentu beda dengan angkutan kota yang jaraknya lebih dari 10 km apalagi antar kota dan antar propinsi. Masing-masing medan ada kendaraan yang cocok dan sesuai.



Angkutan Perumahan


Untuk angkutan di komplek perumahan dengan jarak kurang dari 1 km, yang nyaman adalah Becak. Kenapa Becak? Karena ramah lingkungan. Tidak berisik. Tidak laju yang bisa membahayakan anak-anak dan pejalan kaki. Bagi pengemudi Becak juga untung. Harga Becak muran dan terjangkau. Paling cuma RP 2 juta saja. Karena tidak pakai BBM, tentu operasionalnya juga murah. Jarak 1  km meter bisa ditempuh dalam 10 menit. Jadi masih OK mengingat kita kalau naik angkutan umum juga rata-rata sekitar 30 menit.


Kalau becaknya bisa dilengkapi dengan motor listrik, akan lebih baik lagi bagi para pebecak yang lemah.


Untuk lingkungan perumahan, becak tidak perlu dilarang karena tidak bikin macet. Justru di perumahan kendaraan tidak boleh terlalu ngebut. Oleh karena itulah warga banyak memasang polisi tidur di situ.


Becak ini juga bisa menjadi 1 daya tarik Pariwisata:
[youtube http://www.youtube.com/watch?v=Nwxv1RBlu8g&w=480&h=360]



Angkutan Lingkungan


Kadangkala warga perlu juga ke tempat lebih jauh seperti pasar besar atau rumah saudara yang jaraknya mungkin sekitar 1-5 km. Untuk itu perlu angkutan roda 3 yang irit seperti Bajaj gas yang terbaru. Bukan Bajaj lama yang boros. Selain itu ada baiknya dibuat angkutan umum seperti Mobil UPV yang mesinnya merupakan mesin sepeda motor dengan rasio bensin hanya 1:40 saja.


Iritnya bensin selain hemat BBM juga bisa mensejahterakan pengemudinya. Misalkan dia harus menarik penumpang 10x dengan bayaran rp 100 ribu dan berjalan sejauh 100 km. Jika harus beli bensin dgn rasio 1:10 dia harus beli seharga Rp 45 ribu. Itu pun harga subsidi. Sisanya untuk dia tinggal Rp 55 ribu. Belum buat setoran. Tapi kalau irit dgn rasio 1:40, dia cukup keluar Rp 11.250 saja. Dia masih bisa mengantungi Rp 88.750.


Sebaiknya angkutan Ojek itu dialihkan jadi pengemudi becak atau becakmotor karena lebih aman.



Angkutan Bis


Untuk antar wilayah seperti Terminal Kampung Melayu ke Terminal Blok M diperlukan angkutan Bis Besar. Sekitar tahun 2009 ada 11 Bis yang melayani jurusan ini (921 ada 6 unit dan 107 ada 5 unit). Namun setelah ada Busway, dihapuskan. Harusnya jurusan ini diadakan lagi minimal sebanyak 8 unit. Bagaimana pun juga Busway itu sudah penuh dan tidak ada Busway dgn jurusan KP Melayu-Blok M. Penumpang harus pindah 3x di antaranya di halte Atmajaya bisa jalan sejauh 700 meter.



Bis-bis sudah tua dan bobrok. Contohnya Bis 45 PPD jurusan Cililitan-Blok M itu cuma Bis Bekas (Sampah Berjalan) dari Jepang. Panas karena jendela banyak yang rusak dan sering bau kopling, mogok, dan berasap nyaris terbakar. Ini harus diremajakan.


Idealnya di tiap jurusan itu ada 3 Bus AC untuk penumpang menengah atas dengan tarif RP 4000-5000 dan 5 Bis Ekonomi untuk penumpang menengah ke bawah dengan tarif Rp 2000.


[youtube http://www.youtube.com/watch?v=UQao1yJVqxc&w=480&h=360]

Angkutan Kereta Api Listrik (KRL) Jabodetabek


13430549191052831973Angkutan KRL Jabotabek boleh dikata paling padat. Beberapa kali terjadi penumpang terlempar ke luar pintu kereta hingga tewas akibat kereta terlalu penuh. Tak heran jika sebagian penumpang memilih naik di atap kereta agar tidak bernasib seperti itu. Padahal mereka bayar juga karena di pintu keluar akan diperiksa dan didenda jika tak punya tiket.


Paling tidak jumlah KRL Jakarta-Bogor harus ditambah 5 rangkaian. Kalau 1 rangkaian yang semula 8 gerbong diganti dengan yang 10 gerbong lebih bagus lagi meski peron/stasiun kereta harus diperpanjang.


Selain KRL Ekonomi dengan tarif Rp 1.500, harusnya Commuter Line tetap Rp 7000. Jangan dinaikkan jadi Rp 9000 karena itu amat mahal. Kalau mau, tambah 3 rangkaian Eksekutif dengan 4 kursi per baris dan tarif Rp 15.000-20.000. Jadi bisa subsidi silang.


Agar lancar, harusnya di setiap persimpangan kereta dibangun jalan layang di mana kendaraan dan manusia bisa lewat di atasnya tanpa terganggu. Contoh ada di Jembatan Layang Cawang dan Jatinegara.


Ada pun jalan layang di dekat Stasiun Kalibata dan Tebet masih kurang bagus karena ada jalan bawah yang masih melintasi rel kereta. Harusnya jalan yang melintasi rel kereta ditutup dan diganti dengan jalan yang di atas. Kalau semua perempatan Kereta di Jakarta seperti ini, benar-benar steril persimpangannya, tentu MRT khusus seperti Monorail di atas jalan atau Subway di bawah jalan jadi tidak terasa perlu. Toh jalur kereta yang ada sekarang sudah steril.


Agar kesejahteraan sopir meningkat, ada baiknya pemerintah memberi tunjangan Rp 1 juta/bulan kepada para supir angkuan umum yang secara resmi terdaftar di Jakarta. Ini agar mereka tidak ugal-ugalan dan lebih bertanggung-jawab. Jika terjadi kecelakaan/kasus lainnya, namanya diblack-list dan tunjangannya dicabut.


Referensi:


http://agusnizami.wordpress.com/2012/10/04/mati-terlempar-keluar-dari-krl-karena-terlalu-penuh/


http://agusnizami.wordpress.com/2011/03/16/antrian-busway-yang-super-panjang/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar