Berikut adalah tips untuk mencegah dan mengobati penyakit Otitis Media/Congek. Banyak di antara kita yang hobi korek kuping guna membersihkan kotoran/lilin yang ada di dalam telinga. Kadang-kala selain menggunakan cotton bud, ada pula yang menggunakan pengorek dari besi/baja yang agak tajam sehingga menimbulkan iritasi/luka. Ini bisa mengakibatkan infeksi yang mengundang virus/bakteri bahkan pecahnya gendang telinga.
Akibatnya, congek atau air nanah mengalir terus dari telinga dan pendengaran berkurang. Jika parah, bukan hanya tuli. Tapi juga bisa mengakibatkan kematian. Sehingga akhirnya tindak operasi harus dilakukan untuk menyelamatkan penderita.
Padahal sesungguhnya lilin/kotoran yang ada di dalam telinga kita diproduksi secara alami oleh tubuh kita untuk menangkap kotoran/debu agar tak masuk ke dalam telinga. Nanti pada akhirnya akan keluar sendiri meski tidak dikeluarkan.
Jika dibersihkan dengan cotton bud, kadang ini justru bisa mendorong kotoran semakin ke dalam dan makin padat. Sementara dengan besi tajam bisa mengakibatkan iritasi. Jadi lebih baik dibuang saja. Istri saya beberapa kali menderita Otitis Media. Akhirnya saya buang alat pengorek besinya. Lebih aman pakai klip kertas atau bulatan peniti sehingga tidak tajam dan kotoran juga tidak terdorong ke dalam. Tapi ini sebaiknya jangan terlalu sering (jangan setiap bulan) dan harus hati-hati sekali.
Bagaimana jika sudah terkena Otitis Media?
Saya cari-cari ternyata banyak orang yang berobat ke RS hingga 2 minggu tidak sembuh-sembuh. Ada lagi yang memakai obat tetes telinga yang mahal yang harganya sampai Rp 80 ribu lebih, namun cukup lama penyembuhannya.
Alhamdulillah istri saya berobat ke dr Hasna. Oleh dokter tersebut cuma diberi obat antibiotik Amoxycilin (Rp 4.500/strip) dan obat tetes telinga Erla Mycetin yang terbuat dari Chloramphenicol (seharga Rp 3.500). Alhamdulillah dengan obat seharga Rp 8.000 tersebut, penyakit Otitis Media yang diderita istri saya sembuh. Cairan dari dalam telinga berhenti mengalir dan pendengarannya pulih kembali.
Cara di atas bisa ditiru. Tapi jika penyakit tetap berlanjut dalam sebulan, kemungkinan anda harus ke RS untuk menjalani operasi.
Semoga bermanfaat.
Otitis media
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Wikipedia Indonesia tidak dapat bertanggung jawab dan tidak bisa menjamin bahwa informasi kedokteran yang diberikan di halaman ini adalah benar.
Mintalah pendapat dari tenaga medis yang profesional sebelum melakukan pengobatan.
Otitis media adalah peradangan telinga bagian tengah yang biasanya disebabkan oleh penjalaran infeksi dari tenggorok (faringitis) dan sering pada anak-anak. Pada semua jenis otitis media juga dikeluhkan gangguan dengar (tuli) konduktif.
Dari perjalanan klinisnya, otitis media dibedakan atas akut (baru) dan kronis (proses lebih lama).
Otitis Media Akut (OMA)
Otitis media adalah infeksi atau inflamasi / peradangan di telinga tengah.
Telinga sendiri terbagi menjadi tiga bagian: telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Telinga tengah adalah daerah yang dibatasi dengan dunia luar oleh gendang telinga. Daerah ini menghubungkan suara dengan alat pendengaran di telinga dalam. Selain itu di daerah ini terdapat saluran Eustachius yang menghubungkan telinga tengah dengan rongga hidung belakang dan tenggorokan bagian atas. Guna saluran ini adalah:
* Menjaga keseimbangan tekanan udara di dalam telinga dan menyesuaikannya dengan tekanan udara di dunia luar.
* Mengalirkan sedikit lendir yang dihasilkan sel-sel yang melapisi telinga tengah ke bagian belakang hidung.
* Sebagai sawar kuman yang mungkin akan masuk ke dalam telinga tengah
Bagaimana Otitis Media Terjadi
Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius. Saat bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah dalam telinga tengah. Selain itu pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah terkumpul di belakang gendang telinga.
Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di telinga dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang dialami umumnya sekitar 24 desibel (bisikan halus). Namun cairan yang lebih banyak dapat menyebabkan gangguan pendengaran hingga 45 desibel (kisaran pembicaraan normal). Selain itu telinga juga akan terasa nyeri. Dan yang paling berat, cairan yang terlalu banyak tersebut akhirnya dapat merobek gendang telinga karena tekanannya.
Penyebab
Penyebab otitis media akut (OMA) dapat merupakan virus maupun bakteri. Pada 25% pasien, tidak ditemukan mikroorganisme penyebabnya. Virus ditemukan pada 25% kasus dan kadang menginfeksi telinga tengah bersama bakteri. Bakteri penyebab otitis media tersering adalah Streptococcus pneumoniae, diikuti oleh Haemophilus influenzae dan Moraxella cattarhalis. Yang perlu diingat pada OMA, walaupun sebagian besar kasus disebabkan oleh bakteri, hanya sedikit kasus yang membutuhkan antibiotik. Hal ini dimungkinkan karena tanpa antibiotik pun saluran Eustachius akan terbuka kembali sehingga bakteri akan tersingkir bersama aliran lendir.
Otitis Media Kronik
Otitis media kronik ditandai dengan adanya supuratif (bernanah) yang merupakan lanjutan dari OMA yang mengalami pecah gendang telinga dan tidak menutup setelah 6 minggu atau non supuratif (serosa/gendang telinga utuh).
http://id.wikipedia.org/wiki/Otitis_media
Congek Bisa Sebabkan Kematian
10:27, 18/04/2010
MEDAN-Jangan menganggap enteng penyakit pada indra pendengaran yang biasa disebut congek. Pasalnya, infeksi pendengaran bisa menyebabkan kematian jika tipe penyakit yang ditemukan adalah tipe ganas.
“Penyakit infeksi pada pendengaran ini ada dua tipe, jinak dan ganas. Kalau ganas jaringan choleasteatom dari yang tumbuh di gendang telinga dapat merusak tulang-tulang hingga ke otak, ini bisa penyebab kematian. Kalau sudah ada jaringan choleasteatom yang tumbuh, mau tidak mau harus segera dioperasi,” kata Ketua PGPKT Komisaris Daerah Sumut DR Dr Delfitri Munir Sp THT-KL(K) kepada wartawan di sela-sela operasi Outitis Media Perporasi (OMP) gratis di lantai III Central Medical Unit RSUP H Adam Malik Medan, Sabtu (17/4).
Sedangkan untuk tipe jinak, menurut Delfitri, jadwal operasinya masih bisa ditunggu dan bisa disembuhkan dengan memakan obat saja. Delfitri menerangkan, penyakit infeksi pendengaran itu disebabkan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). “Penyakit ini ditandai dengan keluarnya nanah dari telinga. Kalau yang sudah ganas, nanahnya berwarna kehijau-hijauan,” sebutnya.
Masih menurutnya, penangan operasi yang dilakukan terhadap pasien yang hanya mengalami gangguan jinak, hanya menambal gendang telinga serta membersihkan tulang-tulang telinga yang infeksi dan membutuhkan waktu paling lama satu jam.
“Sedangkan yang sudah ditumbuhi jaringan choleasteatom tadi, waktu operasinya bisa sekitar 4 jam lebih,” ucapnya.
Dia juga mengatakan, dokter THT tidak semua bisa melakukan operasi OMP ini. Di RS Adam Malik sendiri, dari 23 dokter THT, yang bisa dan rutin melakukan operasi ini cuma tiga orang.
Delfitri menambahkan, Pemda diharapkan untuk menyiapkan alat-alat untuk mendukung operasi ini, sebab, sampai hari ini alat yang paling lengkap baru di RS Adam Malik. “Mengingat banyaknya penderita congekan ini, setiap tahunnya hingga 4,7 per seratus ribu penduduk, disarankan pemda menyiapkan alat-alat yang mendukung operasi ini, seperti mikroskop, mikrobor dan lainnya. Sedangkan kita siap untuk memberi pelatihan-pelatihan seperti ini, agar jumlah dokter THT yang bisa melakukan operasi ini bertambah,” katanya.
Sementara Kasubbag Humas RSUP HAM Sairi M Saragih DCN Mkes membenarkan dilakukannya operasi OMP di ruang Central Operasi Terpadu terhadap tujuh pasien yang menderita infeksi pendengaran. “Dari informasi yang didapat rencananya dokter akan menangani operasi terhadap 7 pasien namun pada satu orang mengundurkan diri,” katanya. Ketujuh pasien menderita infeksi pendengaran menjalani operasi OMP yakni Linggom (17), Nadia Safitri (18), Epiyanti (39), Evelyn (22), Rosinta (31), Agussalim (13) dan Rahmansyah (21). (mag-21)
http://www.hariansumutpos.com/2010/04/40726/congek-bisa-sebabkan-kematian.html
Otitis media ( OM / congek ).
Penyakit yang umumnya dikenal sebagai congek (kalau sudah parah) ini bisa juga bikin sengsara. Namun, karena menyerang telinga, biasanya tidak terlalu mendapat perhatian. Padahal, kalau sampai si otitis media datang dan tak segera ditangani, akibat yang ditimbulkannya tak kalah mengerikan. Bisa jadi tuli. Atau, bisa sampai menimbulkan komplikasi, di antaranya meningitis atau radang otak yang dapat berakhir dengan kematian.
Bayi dan anak-anak lebih rentan
Otitis media sebenarnya radang telinga tengah. Nama keren ini berasal dari kata oto yang artinya telinga, itis berarti radang, dan media yang menunjukkan bagian tengah. Jadi, otitis media itu peradangan sebagian atau seluruh telinga tengah.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud telinga tengah, coba tengok sebentar anatomi organ pendengaran kita. Telinga dibagi atas tiga bagian, yakni telinga luar, tengah, dan dalam. Telinga luar meliputi daun telinga sampai membran timpani atau gendang telinga, yang menjadi pembatas antara dunia luar dengan rongga telinga tengah. Rongga telinga ini juga menjadi muara tuba eustachius, saluran yang menghubungkan daerah nasofaring di rongga mulut dengan rongga telinga.
Tuba eustachius memiliki peranan cukup penting. Selain sebagai ventilasi agar tekanan di rongga telinga sama dengan tekanan udara luar, saluran ini juga merupakan penghalang masuknya kuman dari nasofaring ke telinga tengah. Secara normal tuba dalam keadaan tertutup. Kalau telinga tengah perlu oksigen, ketika mengunyah, menelan, atau menguap, saluran ini baru terbuka.
Di telinga tengah juga terdapat tiga tulang pendengaran yang saling bersambungan dan menghubungkan gendang telinga dan rumah siput (koklea) di telinga dalam. Rumah siput merupakan tujuan akhir getaran suara sebelum diteruskan melalui saraf pendengaran dan keseimbangan ke otak.
Telinga tengah biasanya steril. Di dalam tuba eustachius ada mekanisme pertahanan untuk mencegah masuknya mikroba dari rongga mulut ke rongga telinga. Namun, dalam kondisi tertentu, ketika pertahanan terganggu, infeksi di telinga tengah bisa terjadi. Kuman masuk ke telinga tengah seolah tanpa perlawanan. Kuman inilah yang menimbulkan otitis media.
Kemasukan benda asing atau serangga, yang betah dan tak bisa keluar, juga bisa menyebabkan infeksi telinga. Atau, karena “keunikan” individu. Orang yang anatomi telinganya tidak normal bisa juga menderita otitis media. Orang macam ini cenderung rentan terhadap kotoran, yang biasanya mengandung kuman.
Peradangan biasanya ditandai dengan keluarnya cairan pada organ pendengaran ini. Kalau cairannya kental seperti nanah, penyakitnya disebut otitis media supuratif. Sebaliknya, ada yang nonsupuratif (otitis media serosa). Sekilas, gejala keduanya hampir sama.
Dilihat dari proses munculnya penyakit, otitis media masih dibedakan lagi atas otitis media akut dan kronis. Bila otitis media supuratif timbulnya mendadak, disebut otitis media akut (OMA). Kalau tidak segera diobati sampai tuntas, si OMA dapat berkembang menjadi otitis media supuratif kronis (OMSK). Berbagai komplikasi juga bisa timbul. Tidak hanya gangguan fungsi telinga, tetapi bisa mengakibatkan kematian. Proses menjadi kronis ini bisa menyebabkan hancurnya struktur di dalam telinga dan tulang-tulang di sekitarnya yang merupakan bagian dari tengkorak.
Infeksi dapat terus menyebar sampai ke selaput pembungkus otak dan ke jaringan otak sendiri. Ini terjadi karena benteng pertahanan di telinga berhasil diruntuhkan kuman penyakit. Reaksi pertama yang terjadi biasanya berupa pembentukan abses lokal. Selanjutnya, melalui proses cukup rumit, abses ini bisa menyebar ke selaput pembungkus otak, lalu ke jaringan otak. Walaupun tidak khas, nyeri kepala di daerah atas dan belakang telinga bisa menjadi petunjuk infeksi telinga yang sudah masuk ke rongga tengkorak.
Komplikasi otitis media bisa terjadi di telinga saja (lokal) atau di dalam rongga tengkorak (intrakranial). Kelumpuhan saraf wajah dan labirintitis (yang gejalanya vertigo dan tuli saraf berat) adalah contoh komplikasi lokal. Sementara infeksi sampai ke otak bisa berlanjut menjadi meningitis dan abses otak. Pada keadaan ini, penanganannya menjadi lebih rumit, melibatkan tidak hanya dokter spesialis THT, tetapi juga dokter spesialis saraf atau bedah saraf. Hasil terapi pun lebih sulit diperkirakan.
Yang menjadi masalah kalau otitis media terjadi pada bayi atau anak kecil. Meski belum tentu dikeluhkan mereka justru rentan terhadap otitis media. Gangguan pendengaran pun mudah terjadi, karena bentuk tubanya lebih pendek, lebar, dan mendatar. Kalau ada infeksi di saluran pernapasan atas, misalnya batuk pilek atau influenza, kuman-kumannya lebih leluasa untuk sampai ke rongga telinga tengah. Maka OMA pun cepat terjadi.
Infeksi dapat menimbulkan perubahan lapisan mukosa telinga tengah. Perubahan ini terjadi berangsur-angsur, tidak langsung. Mula-mula tuba eustachius tersumbat, sehingga penderita merasa pendengarannya terganggu. Lalu terjadi perubahan pada lapisan mukosa di dalam telinga, terbentuk cairan di rongga telinga, dan gendang telinga membengkak. Penderita akan merasa sangat sakit dengan demam tinggi dan nyeri di telinga semakin bertambah. Kalau cairan tidak segera dikeluarkan, gendang telinga bisa pecah atau robek (perforasi), dan meninggalkan lubang. Tuli pun bisa terjadi.
Berdasarkan bagian yang mengalami gangguan atau kerusakan, tuli dibedakan menjadi tuli konduktif dan tuli saraf. Pada tuli konduktif, pendengaran menjadi terganggu karena ada gangguan hantaran suara akibat kelainan telinga luar dan tengah. Sifatnya mekanis dan umumnya bisa direparasi. Tuli saraf lebih sulit disembuhkan, karena yang rusak di bagian dalam, sarafnya sendiri, atau pusat pendengaran di otak. Kedua jenis tuli ini dapat terjadi sendiri-sendiri atau bersamaan, dan bisa diderita segala usia.
Nah, infeksi di telinga tengah hampir selalu menimbulkan tuli konduktif. Walaupun gendang telinga masih utuh, tulang-tulang pendengaran bisa terputus. Hal ini akan menimbulkan tuli konduktif lebih parah. Penanganannya pun bisa melalui bedah rekonstruksi mastoidektomi, untuk menyambung tulang-tulang pendengarannya. “Tindakan bedah ini bertujuan untuk memperbaiki pendengaran sampai penderita bisa bersosialisasi dan melakukan aktivitas sehari-hari. Artinya, cukup sampai ia bisa mendengar dan mengikuti pembicaraan orang-orang di sekitarnya, bukan mengembalikan fungsi pendengaran sampai seratus persen normal,” ujar dr. Helmi, Sp.THT, dari Bagian THT.
Pada kasus infeksi yang mencapai ke telinga dalam dan menimbulkan tuli saraf berat di kedua telinga, terkadang diperlukan implantasi koklea. Tindakan ini cukup rumit dan memerlukan waktu cukup lama. Pada kasus lain, dapat pula digunakan alat bantu dengar. Hanya saja diperlukan beberapa persyaratan khusus, seperti keadaan telinga luarnya harus baik. Pasalnya, alat bantu dengar di telinga bisa memberi peluang terjadinya infeksi telinga luar.
Obati sampai tuntas
Baca selengkapnya di sini:
http://ezcobar.com/dokter-online/dokter15/index.php?option=com_content&view=article&id=82:otitis-media-om-congek-&catid=45:tht&Itemid=62
Bagaimana Mengobati Telinga Berair
Beberapa pasien mengeluh masalah dengan telinga mereka yang sering berair berulang (istilah awam : congek / torek). Umumnya telinga yang sering berair berulang akibat gendang telinga yang robek. Penyebab gendang telinga yang robek dapat dibaca pada tulisan saya “Telinga Berair Berulang“
Pengobatan telinga yang berair harus dilakukan secara teratur sampai kering, karena apabila sering berair berulang dapat menyebabkan pendengaran akan berkurang secara bertahap dan yang lebih berbahaya dapat mengakibatkan infeksi ke otak.
Pengobatan telinga berair, tergantung dari lama dan seringnya infeksi serta besar kecilnya gendang telinga yang robek.
Biasanya akan diberikan obat tetes telinga dan obat minum untuk mengurangi infeksi. Apabila telinga tetap berair lebih dari 3 bulan terus menerus setelah diobati dengan teratur, biasanya diperlukan tindakan operasi untuk membersihkan infeksi pada telinga bagian tengah tersebut.
Pada gendang telinga robek yang tidak terlalu besar bisa dilalukan operasi penutupan gendang telinga, setelah infeksi sembuh. Infeksi telinga yang sudah lama dan berulang biasanya gendang telinga sudah tidak ada lagi, umumnya sulit untuk dilakukan penutupan gendang telinga.
Baca selengkapnya di sini:
http://d132a.wordpress.com/2008/11/03/bagaimana-mengobati-telinga-berair/
Makasih yah atas info nya....
BalasHapusakhirnya saya tau cara mencegah penyakit ini...
jjr saya suka/senang skali mengkorek kuping pakai kuku atau pun cotton bud...
Saya akan mencoba cara di atas, terima kasih ya. Semoga jadi ilmu yang bermanfaat untuk Anda . Sekali lagi terima kasih.
BalasHapusJika sudah sembuh, jangan lupa testimoni/kesaksiannya.
BalasHapussaya mempunyai penyakit conge uda lama.apakah conge bs sembuh tanpa di operasi.tlng bls
BalasHapusdimana saya bisa mendapatkan antibiotik amoxcyilin dan erla mycetin ??
BalasHapusDi Toko Obat atau Apotik
BalasHapusdok apakah penyakit congean bisa sembuh mesti tdk dioprasi
BalasHapusMaaf saya bukan dokter.
BalasHapusKebetulan istri saya sempat terkena Otitis Media dan ke dokter dan sembuh dgn obat seperti itu.
Kalau mau tanya, silahkan ke dokter beneran...