Minggu, 05 Desember 2010

Tipuan Demokrasi

Sistem Demokrasi di mana semua rakyat bisa memilih padahal mereka tak kenal langsung dgn calon yg dipilihnya justru berbahaya. Para cukong/kapitalis bisa mendanai para kandidat dgn promosi di media massa dan kampanye yg gila2an sehingga rakyat yang tak tahu jadi memilih mereka.


Sistem Demokrasi membuat seorang calon presiden harus mengumpulkan puluhan trilyun untuk kampanye. Uang tsb hanya bisa didapat dari segelintir pengusaha atau perusahaan2 besar dari negara asing. Jadi usai terpilih, dia bukan bekerja untuk rakyat. Tapi untuk donaturnya.


Begitu terpilih, pemimpin ini balas budi dan mengganti uang kampanyenya dgn menjual BUMN2 serta kekayaan alam milik rakyat kepada para donaturnya.


Rakyat bebas bersuara, bebas demo, tapi percuma tidak didengar. Biar kata mereka demo sejuta kali, tetap saja harga-harga barang naik melonjak. Biar kata mereka demo menjahit mulut, tetap saja BUMN2 berikut kekayaan alam Indonesia yang dikelola dijual ke segelintir pemilik uang/asing.


Kalau saya kendati setuju ada pemilihan, tapi sebaiknya pemilih tahu langsung orang yg dipilih misalnya para warga memilih ketua RT. Tentu mereka tahu calon RT itu galak, pelit, tak suka bergaul, dsb. Kemudian para Ketua RT ini memilih di antara mereka jadi Ketua RW, kemudian Lurah, Camat, Bupati/Walikota, Gubernur, dan akhirnya presiden. Jadi yg terpilih memang Best of the Best. Jika tiap level pemilihan butuh waktu 1 minggu, maka untuk 7 level butuh 7 minggu.


Tak perlu buang uang banyak untuk kampanye karena percuma, pemilih tahu orang yang dipilih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar