Selasa, 24 April 2012

Nabi Muhammad SAW

Nabi Muhammad SAW.
Oleh : Sayid Muhammad Alawy Al Maliki


Kesucian dan Silsilah Nabi Muhammad SAW.
Ibnu ‘Abbas meriwäyatkan, bahwa Nabi bersabda:
“Aku tidak di1ahirkan dari perkawinan dengan cara jahiliah, melainkan dari pernikahan Islam.”


Hisyam bin Muhammad Al-Kalbi meriwayatkan dari ayahnya, bahwa ia pernah menuliskan nama untuk Nabi lima ratus ribu, dan tak seorang pun yang melahirkan dengan cara perkawinan jahiliah


Imam ‘Ali bin Abi Thalib juga meriwayatkan dari Nabi bahwa beliau bersabda “Aku dilahirkan dari perkawinan yang sah Sejak dan Adam hingga ayah danibuku tidak sedikit pun tercemar oleh noda-noda jahiliah


Ibnu ‘Abbas meriwayatkan dalam hadis yang lain,
bahwa Nabi bersadda: .‘Tidak sekali-kali pertemuan ayah dan bundaku dengan perkawinan yang tidak sah. Allah memindahkan aku dari sulbi yang baik ke rahim yang suci, bersih dan terpelihara. Dan tidak ada suku yang terpecah menjadi dua, melainkan aku berada di tempat yang terbaik di antara keduanya.’


‘Aisyah meriwayatkan pula bahwa Nabi bersabda:
Jibril pernah berkata,”Aku telah membolak-balikkan bumi dari barat hingga timur. Maka tidak aku jumpai seorang pun yang lebih utama dari Muhammad, dan tidak kulihat suku yang lebih mulia dari Bani Has yim.”


Imam Bukhari dalam kitab sahihnya meriwayatkan dan Abu Hurairah, bahwa Nabi bersabda: “Aku dibangkitkan pada sebaik-baik.kurun yang pernah dialami oleh anak Adam, dan generasi ke generasi berlalu silih berganti, hingga generasi di tempat aku berada sekarang.”


Imam Muslim meriwayatkan dan sahabat Wathilah bin Asga’,bahwa Nabi bersabda:”Allah memilih Kinanah dan keturunan Ismail, memilih suku Quraisy dan keturunan Kinanah, dan memilih suku Quraisy dari Bani Hasyim. Dan aku ini pilihan dari Bani Hasyim.”


A1-’Abbas meriwayatkan pula, bahwa Nabi bersabda: “Allah yang menciptakan mahluk-Nya. Menjadikan diriku berada pada sebaik-baik kelompok. Kemudian Dia memilih suku-suku bangsa dan menjadikan diriku pada sebaik-baik rum pun. Maka aku dari sana berasal dan sebaik-baik asal muasal dan sebaik­ baik keluarga.”.


Demikian juga Ibnu ‘Umar meriwayatkan, bahwa Nabi bersabda: “Allah memilih makhluknya di antara keturunan Adam, kemudianaku dipilihnya dari suku bangsa Arab, maka akulah pilihan dari golongan terpilih.”


Sementara itu, patut untuk diketahui, bahwa Nabi dilahirkan sebagai anak tunggal. Tidak bersaudara kandung, baik laki-laki maupun perempuan, karena kehendak Allah. Agar puncak kemuliaan silsilah keturunan yang menjadi ciri khas bagi martabat kenabiannya, berlaku hanya untuk beliau seorang.


Bila diteliti silsilah keturunan dari segala hal yang ber­talian dengan kelahirannya, maka kita akan yakin bahwa Nabi benar-benar seorang Nabi pilihan dari rumpun Bani Hasyim dan suku Quraisy. Suku yang merupakan inti dari bangsa-bangsa yang hidup di seluruh Jazirah Arab. Di dalamnya terhimpun segala nilai dan unsur kemuliaan dari kedua ayah bundanya. Lagi pula, tumpah darahnya adalah semulia-mulia negeri di sisi Allah.


Sungguh indah dan tepat apa yang dikatakan oleh Syamsuddin Ad-Dimasyqi dalam gubahan syairnya:


Allah memelihara nenek moyangnya
Demi keturunan Muhammad dan nama baiknya
Mereka bebas terhindar segala noda
Akibat perkawinan yang tercela
Sejak Adam sampai ayah bundanya.


Bentuk dan Raut Wajah


Dia telah disempurnakan lahir dan batinnya
kemudian dipilih sebagai kekasih oleh Sang Pencipta
tak seorang pun dapat menyamai keindahannya
keindahan tunggal memang tak mungkin terbelah
Penyair Imam Abusiri, dalam Al Burdah


Ahli tafsir kenamaan Al-Qurtubi berkata:


“Keindahan Nabi tidak mungkin tampak dengan jelas, karena penglihatan kita tidak sanggup menatap wajah beliau sepenuhnya.”


Dalam hadis banyak kita jumpai berbagai riwayat yang menggarnbarkan keindahan bentuk dan keelokan paras Nabi, Oleh karena itu, kita yakin bahwa Allah yang Maha Kuasa telah menciptakan beliau dalam sebagus-bagus rupa dan sebaik-baik bentuk adalah merupakan kesempurnaan iman kita kepadanya.


Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari sahabat A1-Baara’, bahwa Rasulullah adalah manusia yang paling indah paras mukanya. Wajahnya laksana matahari yang memancar, demikian sahabat Abu Hurairah menurut riwayat At-Turmidzy. Imam ‘Ali R.a, menurut riwayat At-Turmidzy yang lain, dalam menggambarkan sifat-sifat Rasulullah berkata, bahwa wajah beliau bulat, penuh daya tarik. Sedang ‘Aisyah berkata: “Bila Rasulullah sedang gembira, maka paras mukanya bagaikan belahan bulan purnama,” seperti yang diriwayatkan At-Turmidzy.


Abu Bakar Ashiddiq dan Ka’ab bin Malik, keduanya melukiskan wajah Nabi dengan kata-kata: “seolah-olah lingkaran bulan purnama.”


Tatkala Abu Thufail ditanya tentang sifat-sifat Nabi, ia berkata:”Beliau berwajah putih menarik, berseri bila sedang gembira, bagaikan bulan purnama memancarkan sinar.”


Dalam menggambarkan sifat-sifat Nabi, para sahabat sepakat dan tidak beda pendapat, bahwa beliau mempunyai wajah yang bersinar dan mempesona


Sahabat Jabir dalam menggambarkan bentuk dan rupa Nabi, berkata: “Wajah beliau bulat laksana matahari atau bulan purnama.” (Hadis riwayat Mus­lirn)


Al Hasan bin ‘Ali meriwayatkan dari Ibnu Abi Halah, bahwa Rasulullah bertampang muka sangat gagah, berwibawa dan berseri-seri, bagaikan bulan purnama. Demikian menurut At-Turmidzy.
Tatkala Jabir Samurah menatap wajah Rasulullah di malam terang bulan, ia berkata: “Aku memandang wajah Nabi, lalu melihat ke arah bulan, maka bagiku beliau jauh lebih indah dari bulan yang sedang memancarkan cahaya itu.” (Hadis riwayat At­Turmidzy)


Putra Rabi’ binti Mua’awwidz, ketika bertanya kepáda ibunya tentang sifat Rasulullah dijawab: “Aku melihatnya bagaikan matahari terbit,” menurut riwayat Al-Baihaqy.


Ummu Ma’ad, wanita yang pernah melihat Rasulullah dan belum pernah mengenalnya, menceritakan kepada suaminya dan berkata: “Aku melihat seorang lelaki, bersinar tampan mukanya, bagus dan rupawan.” Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Al-Hakim dan Al-Baihaqi.


Seorang wanita dari suku Hamdan, bercerita dengan bangganya “Aku pernah melakukan ibadah haji bersama Rasulullah.” Kemudian ia ditanya bagaimana sifat beliau itu? Wanita itu menjawab singkat: Bagaikan bulan purnama. Belum pernah aku melihat orang sebagus dia.” Demikan At-Turmidzy meriwayatkan.


Gambaran Anggota Badan Nabi


1. Nabi mempunyai pipi yang agak memanjang, halus dan kedua tulangnya tidak tampak menonjol.


2. Mata Nabi sebagai yang digambarkan oleh Al­Qur’an: “Penglihatannya tidak berpaling dan yang dilihatnya dan tidak pula melampauinya “(QS An­-Najm: 17). Tersebut dalam hadis sahih, bahwa di malam hari yang gelap gulita, Rasulullah bisa melihat seperti melihat di siang hari, dan melihat sesuatu yang berada di belakangnya seperti melihat apa yang ada di depannya. Dalam hadis Ibnu Halah disebutkan bahwa, Nabi kalau berpaling dengan diikuti anggota badannya, sambil melepaskan pandangannya ke arah bawah. Lebih banyak melihat ke bawah daripada memandang ke atas, demikian At-Turmidzy. Dan Imam Ali berkáta, bahwa Rasulullah bermata bola. Bulu matanya lebat.


3. Adapun bentuk kepala beliau menurut beberapa riwayat, cukup besar, dengan dahi, sebagaimana yang diceritakan Imam Ali, jelas (bersih) dan -rata. Alis matanya halus memanjang, berhidung man­cung dan bermulut mungil yang dihiasi oleh gigi putih bersih berkilauan.


Keindahan dan Keistimewaan Nabi


Sudah cukup jelas bahwa Nabi kita Muhammad SAW dikaruniai Allah azza wajalla, seluruh sifat-sifat yang indah dan terpuji. Namun sifat-sifat yang indah itu sangat bertalian dengan dua hal besar. Pertama, keagungan dan sifat-sifat itu. Kedua, pancaran cahaya yang meliputinya. Karena itu keindahan paras muka beliau yang bersinar itu, tidak membawa akibat negatip bagi yang melihatnya, sebagaimana Nabi Yusuf dikaruniai Tuhan setengah dan kebagusan rupa. Rupa yang menyebabkan wanita yang melihatnya, mencencang tangan karena terpukau, sambil berkata:


“Maha sempurna Allah ,ini bukanlah manusia, ini tidak lain hanya malaikat yang mulia.” (QS Yusuf:
21)


Seorang penyair pernah berkata: “Kalau wajahnya sem pat dilihat oleh kawan-kawan Zulaikha, jantung hatilah yang akan terpotong sebelum tangan mereka.”


Keagungan inilah yang oleh Hindun binti Halah, dalam menggambarkan sifat-sifat Nabi, dikatakan sebagai agung dan penuh wibawa, seperti yang diriwayatkan oleh At;Turmidzy.


Imam ‘Ah pernah berkata, “Siapa yang melihatnya sepintas lalu pasti akan tertegun karena kewibawaannya” Sedang sahabat-sahabat yang lain berkata “Rasulullah itu paling tenang, penuh wibawa bila berada di suatu majelis” Menurut rlwayat Abu Dawud Ibnu Majah meriwayatkan lain, bahwa ada orang datang menghadap Nabi dengan menggigil ketakutan Lantas Nabi berkata “Tidak apa-apa, tenangkanlah hatimu”.


Tatkala ‘Amru bm ‘Ash menghadap Nabi pertama kah, ia berkata “Aku tak sanggup menatap wajahnya Jika ada orang bertanya kepadaku tentang sifat-sifat behau,
rasanya tak sanggup aku menceritakan, karena mataku tak sepenulmya dapat mehhatnya” (Riwayat Muslim)


BakatdanSifatNabi


At-Turmidzy meriwayatkan dari Ibnu Abi Halah, bahwa bila Nabi sedang berbicara, maka semua sahabat yang berada di sekelilingnya tenang sambil menundukkan kepala, seolah-olah kepala mereka sedang dihinggapi burung. Memang sahabat Nabi tidak dapat memandang wajah beliau dengan tajam, karena keagungan dan wibawanya. Yang dapat menceritakan dan menggambarkan sifat dan rupa beliau adalah mereka yang masih kecil atau yang berada di bawah asuhannya sebelum masa kenabian. Seperti Hindun binti Abi Halah dan Imam ‘Ali R.a.


Karena keagungan dan kewibaanya itulah, maka siapa pun yang duduk mendampinginya, akan berdebar hatinya. Terpengaruh oleh kewibawaan yang memancar dan pribadi agung itu. Oleh sebab itu beliau selalu bersikap ramah dan lemah lembut, sekadar menenangkan dan menenteramkan hati mereka. Qiblah binti Makhramah bercerita: “Aku pernah melihat Rasulullah duduk dengan tenangnya. Tiba-tiba rasa takut menyelinap dalam hatiku, aku pun menggigil Kemudian terdengar suara orang berkata Ya Rasulullah kasihan benar wanita itu Ia menggigil takut dengan engkau Maka beliau tampak melihatku, karena aku berada di belakang punggungnya Lantas beliau berkata kasihan benar engkau, tenangkanlah hatimu “ Setelah kudengar suara itu segera lenyap rasa takut dalam hatiku


Abi Mas’ud Al Badry, menceritakan apa yang pernah dialaminya. Ia mengisahkan “Ketika aku sedang menghajar seorang budakku, tiba-tiba terdengar suara dari arah belakang. Mulanya tidak kupedulikan, karena amarahku sedang meluap. Ternyata Rasulullah yang kulihat, maka cemeti yang kupegang jatuh ke tanah, dan beliau berkata kepadaku: Demi Allah, Tuhan dapat berbuat kepada dirimu, lebih dari apa yang engkau lakukan sekarang. Maka dengan suara tersendat-sendat aku berkata Ya Rasulullah, demi Allah saya tidak akan menghajar lagi budakku sesudah ini.


Pancaran nurani yang menghias keindahan dan keagungan Nabi, sebagaimana tersebut pada sifat dan gambaran wajahnya, itu pun dalam arti yang hakiki. Cahaya beliau adalah cahaya yang pertama kali diciptakan öleh Allah. Sebagaimana yang diriwayatkan Hadis Jabir. Menurut Azzarqany, Hadis itu juga diriwayatkan oleh An-Naihaqi dan tidak bertentangan dengan Hadis rlwayat At-Turmidzy, bahwa mahluk pertama yang diciptakan oleh Allah adalah Al-Qalam. Sebab antara keduanya dapat disesuaikan pengertiannya. Hadis Jabir yang meriwayatkan, bahwa Nur Muhammad adalah yang pertama kali diciptakan oleh Allah. Berarti bahwa Allah yang menjadikan segala macam cahaya. Menciptakan Nur Muhammad sebelum menciptakan cahaya yang lain.


Hadis yang dapat memperkuat tentang Nur Muhammad ini adalah seperti yang diriwayatkan oleh ‘Ali bin Husin dan ayahnya ‘Ali bin Abi Thalib, bahwa Nabi bersabda: “Dahulunya aku ini dari cahaya di hadapan Tuhanku.” Hadis ini diriwayatkan oleh Ibnul Qathaan, seorang ahli ilmu hadis yang. sangat terkenal cermat dalam meneliti riwayat sanad hadis.


Firman Allah :


Artinya: “Sesungguhnya telah datang kepadamu (Muhammad) cahaya dari Allah dan kitab yang
menerangkan.” (QS A1-Maidah: 15)


Sebagian ulama menafsirkan cahaya dalam ayat ini adalah Muhammad. Demikian dalam tafsir At Thabary, Ibnu Abi Hatim dan Al-Qurtubi mengutip tafsiran Qatadah.


Di samping itu, cukup banyak riwayat sehubungan dengan kelahiran Nabi. Ibundanya melihat pancaran cahaya, sehingga di bawah sorotannya dapat melihat secara jelas bangunan-bangunan yang berada di negeri Syam. Ditambah lagi dengan hadis riwayat At-­Thabarany, bahwa: “Kami melihat cahaya memancar dari padanya.” Dalam Hadis riwayat Ibnu ‘Abbas: “Bila Rasulullah berbicara ada cahaya bersinar dari arah mulutnya.” (Riwayat At-Turmidzy). Demikian juga Ibnu Abi Hallah menurut riwayat At-Turmidzy yang lain dalam menceritakan sifat-sifat Nabi, bahwa: “Beliau diliputi oleh sinar cahaya.”


‘Aisyah mengisahkan: “Aku sedang duduk bersama Nabi SAW yang tengah memperbaiki sandalnya. Kulihat keringat beliau membasahi keningnya. Keringat itu berkilauan. Aku pun heran tercengang. Lalu Nabi berkata kepadaku: “Mengapa engkau tercengang hai, ‘Aisyah?” Dan ‘Aisyah menjawab, “Karena kening engkau yang berkeringat menyinarkan cahaya.”


Memang ada sementara orang yang memahami arti Nur Muhammad, bahwa Nabi SAW adalah cahaya. Sehingga mereka membayangkan seolah-olah beliau itu seperti pelita yang menyorotkan cahaya. Padahal Nabi jauh lebih mulia dan agung dan anggapan yang demi­kian. Ada kalanya memang cahaya dalam arti hakiki tampak terlihat dari padanya. Seperti cahaya yang memancar dari benda yang bersinar. Namun hal itu tidak selalu terjadi. Hanya dalam batasan mu’jizat beliau. Bahkan hal serupa pernah terjadi pada diri sementara sahabat Nabi SAW


Al-Bukhary meriwayatkan, yang memperoleh gelar (Dzinnur) atau yang memiliki cahaya, karena ketika datang kepada Rasulullah SAW ia meminta agar diizinkan berdakwah ditengah-tengah suku kabilahnya yang masih kafir. Ia meminta pula agar kepadanya diberi sekedar tanda dan bukti akan kebenaran ajaran yang akan disampaikannya dipercaya. Kemudian Rasululah mendoakan: “Ya Allah berikanlah kepadanya sinar cahaya. Maka bersinarlah cahaya di antara kedua matanya. Ia tampak belum puas, lalu berkata, ya Rasulullah saya merasa khawatir mereka akan berkata, itu hanya penyakit semata, maka cahaya itu pindah ke ujung tongkatnya, menjadi pelita penerang baginya dalam
kegelapan malam. -


Pakaian dan Anggota Badan


Kebersihan anggota badan, sangat diperhatikan oleh Nabi SAW dan selalu memerintahkan hal kepada ummatnya. Beliau disamping mandi, senantiasa mencuci kedua tangannya sebelum dan sesudah makan. Menggosok gigi dengan siwak, menggunting kumis, mengerat kuku dan membersihkan segala kotoran yang melekat di celah-celah anggota badannya. Kebersihan menjadi perintah dan setengah dan ajaran agamanya.


Beliau bersabda: “Allah itu baik, cinta akan segala yang baik, bersih, suka akan kebersihan dan Maha Murah, ,nencintai setiap yang bermurah hati. (HR At­Turmidzy).


Dalam hadis lain disebutkan: “Lakukanlah olehmu kebersihan sedapat mungkin, karena Islam tegak atas dasar kebersihan, dan tidak akan masuk surga melainkan setiap yang bersih.”


Sebagai bukti nyata akan kebersihan tubuh beliau, ialah keringatnya yang harum semerbak. Demikian pula dengan anggota badannya, meskipun tidak diragukan lagi, bahwa hal itu juga merupakan khususiyah baginya. Beliau juga memperhatikan rambut dengan selalu membersihkan dan menyisir dengan rapi. Anas, bujang Nabi SAW, berkata:
“Rasulullah senantiasa berminyak rambut dan selalu menyisir jenggotnya.”


Sedang Ibnu ‘Abbas meriwayatkan bahwa Nabi SAW setiap malam memakai celak, tiga kali di mata kanan dan tiga kali di mata kiri. Adapun perhatian beliau terhadap gigi, sudah menjadi kebiasaan beliau memakai tusuk gigi setiap selesai makan untuk member­sihkannya. Beliau berkata: “Sungguh baik umatku yang selalu membersihkan gigi waktu berwudhu maüpun setelah makan, di waktu berwudlu sambil berkumur ­kumur, dan menghirup air ke hidung dan membersihkan celah-celah jari. Malaikat sangat benci bila melihat seorang yang sedang melaksanakan shalat sëmentara sisa makanan masih melekat di celah-celah gigiya.”


Perhatian Nabi tehadap mulut, terbukti juga dengan selalu memakai siwak berulang kali, di saat akan melaksanakan shalat, berwudhu, akan tidur dan setelah bangun dari tidurnya. Beliau selalu menganjurkan umatnya akan hal itu. An-Nasaiy meriwayatkan, bahwa Nabi SAW bersabda: “Siwak itu mensucikan mulut, membawa keridhaan Tuhan”.


Menurut riwayat Al-Bukhary, Nabi bersabda:
“Kalau sekiranya tidak memberatkan umatku niscaya akan aku perintahkan mereka agar bersiwak. Yaitu setiap kali akan shalat.” Menurut riwayat Al-Bazzar dan At­Thabarany, “Saya akan wajibkan kepada mereka bersiwak pada setiap kali akan shalat. .Seperti saya wajibkan kepada mereka berwudhu.”


Tentang perhatian Nabi SAW terhadap pakaian, maka beliau telah menerangkan kepada kita, bahwa berpakaian yang layak, sopan dan bagus adalah ciri khas bagi setiap Nabi. Demikian menurut At-Turmidzy. Sebagai penghulu para Nabi dan Rasul, dengan sen­dirinya beliau selalu memakai pakaian yang terbaik At-Thabarany meriwayatkan tentang sifat-sifat Nabi “Be1um pernah aku melihat seorang yang lebih baik tampan mukanya dan lebih bersih pakaiannya selain Rasulullah SAW”.


Beliau selalu menganjurkan kaum muslim agar menghias diri memperbagus pakaian, dengan sabdanya:


Artinya “Sesungguhnya Allah itu bagus, cinta akan
segala yang bagus (HR Ibnu Sunniy)


Dalam berpakaian, beliau selalu memperhatikan tempat dan keadaan. Bila akan menerima tamu yang datang dan tempat jauh, maka untuk menyambutnya beliau menyesuaikan pakaian yang dikenakan dengan tingkat dan kedudukan tamu yang akan datang. Demikian pula pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, atau hari Jum’at, beliau memakai pakaian khusus dan menganjurkannya. Al-Hakim meriwayatkan, bahwa Nabi SAW bersabda: “Baguskanlah pakaianmu dan perbaikilah rumah tanggamu, sehingga kalian dipandang sedap dan manis oleh mata orang banyak.”


Dan sabdanya pula: “Bahwasanya bila Allah memberi nikmat kepada hamba-Nya, suka melihat bekas nikmat itu padanya.” (HR At-Thabarany dan Al-Baihaqy). Dalam hadis yang lain, “setengah dari pada kehormatan seorang mukmin kepada Allah, ialah kebersihan pakaiannya.” (HR Abu Nuaim).


Lagi pula beliau juga menganjurkan agar pakaian terus terjaga kerapiannya, dan memberi larangan agar pakaian jangan keliwat panjang ke bawah sehingga menyentuh tanah, selain semata-mata demi kebersihan


Kebersihan Rumah Tangga dan Masjid


Nabi sangat menganjurkan dan memperhatikan kebersihan rumah tangga kepada umatnya. Setiap rumah tangga muslim agar dijaga tetap bersih. Beliau bersabda: ”Bersihkanlah halaman rumahmu”. Demikian pula perhatian beliau terhadap kebersihan masjid, dan senang kepada siapa saja yang dengan suka rela melakukan tugas itu. Tatkala seorang wanita yang selalu membersihkan masjidnya wafat, dan baru diketahui setelah dikebumikan, maka dengan nada marah beliau berkata: “Mengapa kalian tidak membenitahukan kepadaku?” Maka pergilah beliau menuju kuburan wanita itu, dan di sana beliau melakukan shalat jenazah kepada arwahnya.


Di masjid beliau, ada juga seorang yang khusus membersihkan dan mengharumkan ruangannya, dengan dupa yang dibakar. Orang itu bernama Nuaim. Hal itu bukan dilakukan di masjid beliau saja, tetapi juga dilakukan di tempat-tempat ibadah yang lain. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan At-Turmidzy, bahwa Nabi SAW menganjurkan pembangunan masjid, dan selalu membersihkannya.


Demikian pula perintah beliau, agar semua tempat melepaskan hajat, ditutup rapat-rapat pintunya. Larangan keras terhadap siapa pun meludah dan mengotori masjid. Membersibkan masjid dan kotoran sekecil apa pun akan memperoleh imbalan pahala yang besar. Supaya masjid sebagai tempat ibadah, tetap terjaga terus kebersihan dan kesuciartnya.


Suara Nabi Ketika Berbicara


Nabi SAW memiliki suara yang merdu sekali. Amat sedap didengar telinga, demikian Anas meriwayatkan. Dan beliau bersabda pula: “Bahwa Allah tidak mengutus seorang Nabi melainkan bermuka tampan, dan bersuara merdu. Sedang Nabimu adalah yang terbagus raut mukanya dan merdu suaranya.” (HR At-Turmidzy).


Baraa’ bin ‘Aazib berkata: “Dalam shalat Isya’, membaca surat Wattini Wazzaitun, dan tidak pernah aku mendengar suara semerdu itu. (HR Muslim).


Jubair bin Muth’im juga berkata, bahwa suara Nabi itu merdu, berkesan dalam hati dan cukup keras.


Albarra’ berkata: “Nabi SAW pernah berkhutbah, sehingga suara beliau terdengar oleh gadis-gadis yang berada di balik tabir rumahnya.” Dan Ummu Hani berkata pula: “Di tengah malam, aku mendengar suara Nabi yang sedang di sisi Ka’bah, sedang aku tengah berbaring di panggung rumahku.” (HR. Ibnu Ma­jab).


http://buntetpesantren.org/index.php?option=com_content&view=article&id=934:nabi-muhammad-saw&catid=15:hikmah&Itemid=39

Tidak ada komentar:

Posting Komentar