Sebetulnya banyak solusi yg bisa dikaji dari ajaran Islam. Contohnya kemandirian dalam mengelola ekonomi. Emas di Indonesia ini dikuasai asing padahal mereka dapat 99% dan kita cuma dikasih 1%. Sampai2 pak Seger Hasani protes kok kampungnya jg mau dikuasai asing emasnya. APBN kita Rp 1400 trilyun lebih. Seandainya 10% dipakai untuk mandiri, sudah Rp 140 trilyun terkumpul. Rp 5 trilyun bisa dipakai ANTAM untuk mengganti Freeport hingga Rp 15 trilyun dari emas/tahun di sana masuk kantong Indonesia. Jadi kalau pun harga emas naik, pemerintah tak gentar karena pemerintahlah yg menguasai emas di Indonesia. Tapi kalau dikuasai asing dan cuma dikasih 1%, kegelisahan macam inilah yg didapat.
10% dari APBN di atas juga bisa dipakai untuk mendanai petani dan peternak sehingga impor beras, daging, garam, dsb bisa dipenuhi dari dalam negeri. Selama kita bisa memenuhi kebutuhan sendiri, kita aman. Tapi kalau apa2 serba impor karena mengharap dapat komisi impor, negara akan kacau.
Sebetulnya Islam memakai emas dan perak bukan hanya sekedar nishab/patokan pada Zakat, namun juga sebagai mata uang. Menyimpan emas dan perak tetap lebih baik ketimbang menyimpan mata uang seperti Dollar AS yg hanya akan memperkuat dominasi orang-orang kafir yang memusuhi Islam. Namun jangan lupa bayar zakat. Dan jika mampu, gunakan itu untuk usaha dan membuka lapangan pekerjaan.
Emas nilainya stabil sepanjang zaman dan universal. Contohnya dari tahun 1970 hingga sekarang, ongkos naik haji sekitar 100 gram emas. Tak berubah. Sebaliknya rupiah nilainya susut. Tahun 1970 kita bisa naik haji dgn Rp 182.000 saja. Sekarang uang segitu ke Bali juga tak cuckup. http://media-islam.or.id/2011/06/28/uang-dinar-emas-dan-dirham-perak-%E2%80%93-solusi-islam-mengatasi-riba-dan-inflasikemiskinan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar