Rabu, 12 Oktober 2011

Alhamdulillah Yusuf Abdulghoni Telah Lahir

Alhamdulillah Yusuf Abdulghoni telah lahir hari Selasa 11 Oktober 2011 (13 Dzulqaidah 1432 H) jam 11 di tempat Bidan Inawati di Cipinang Muara, Jakarta Timur. Perjalanan cukup berliku sebelum kelahirannya. Namun Alhamdulillah, Allah memudahkan dan selalu memberi jalan.


Hari Minggu 25 September 2011 jam 23:30 malam istri saya merasa mulas dan kami segera berangkat ke satu rumah Bersalin B di bilangan Jakarta Timur. Saat diperiksa tensi darahnya 130. Muka, tangan, dan kaki istri saya bengkat. Esoknya saat ditensi, tekanan darahnya 150/100. Menurut Bidan istri saya mengalami Keracunan Kehamilan (Pre-eclampsia). Ada protein di urinnya.  Setelah konsultasi dengan Dokter, Bidan menyatakan bahwa istri saya harus Caesar.


Biaya persalinan Normal hanya Rp 2,5 juta. Sedang Caesar Rp 7 juta. Nyaris 3x lipat! Dan saya terus terang tidak suka dengan operasi Caesar karena menganggap itu tidak normal dan berbahaya.


Akhirnya saya bilang bahwa kami akan pulang. Bidan menyarankan agar istri saya dirawat di RS. Sesampai di rumah Senin 26 September, saya bekam istri saya. Menurut sebagian pakar bekam, wanita hamil tidak boleh dibekam. Namun saat saya cari di internet dan juga konsultasi dengan para pakar bekam lainnya, wanita hamil boleh dibekam jika kandungannya sudah kuat. Yaitu 3-5 bulan ke atas.  Itu pun tidak boleh di sekitar janin/perut. Alhamdulillah istri saat hamil sempat dibekam 2x. Setiap dibekam, dia merasa enakkan.



Namun kondisi tensi tidak stabil. Bahkan sempat mencapai 170/110 meski istri saya tidak merasakan pusing. Namun istri saya kesulitan berjalan dan merasa perutnya sangat sakit karena bayi salah posisi. Istilahnya "Keselip" atau "Mendeking" menurut istilah orang Betawi.


[youtube http://www.youtube.com/watch?v=Ng6QDCJAbuo&w=480&h=360]

Kemudian kami ke rumah kakak istri di Cimanggis. Di sana istri saya diurut oleh seorang nenek berusia 73 tahun yang biasa mengobati orang. Alhamdulillah setelah perutnya diurut guna membetulkan posisi bayi, istri saya merasa enakkan dan bisa berjalan dengan lancar.


Setelah itu hari Selasa mulai menginap di satu Klinik Bersalin di Cibinong yang dikelola seorang Bidan bekerjasama dengan Dokter dan RS. Saat ditensi, tekanan darah 150/100. Di sana istri langsung diinfus dengan alasan agar bayi segera bisa keluar. Makanan dikontrol tanpa garam. Daging sapi, kambing, dan ayam dihindari. Begitu pula minyak. Ikan direbus hambar. Tekanan darah naik-turun di antara 140-160. Akhirnya Sabtu 1 Oktober, Bidannya menyatakan agar istri saya di Caesar. Alasannya detak bayi melemah.Dan dia bilang bahwa dia tidak sanggup lagi menunggu mengingat antara bukaan 1 hingga 2 lama sekali.  Sudah diinduksi 2x dengan dosis setengah, namun tidak juga lahir.


Malamnya, Dokter menelpon untuk melakukan Caesar. Tapi saya bilang, "Tolong dicek detak janin sekali lagi". Saya juga minta agar jam 6-7 pagi, infus istri saya dilepas barang 1 jam saja agar kami bisa jalan pagi. Saya kasihan melihat istri saya yang ke mana-mana selalu membawa infus sehingga akhirnya benar-benar seperti orang sakit yang tidak bisa melakukan aktivitas/olahraga secara normal.


Malamnya, saya tempelkan telinga saya langsung ke perut istri saya. Saya dengar detak jantung bayi berdetak dgn kencang. Saat bidan jaga memeriksa tensi istri saya alhamdulillah di sekitar 140/90. Detak Janin juga normal. Ada 3 x pemeriksaan serupa dari jam 20:00, 2:00, dan 6:00. Jam 6:30-7:00 istri saya ajak jalan kaki bersama kedua anak saya di sekitar klinik. Saat ditensi, 150/100.


Saya putuskan untuk pulang guna rawat jalan. Ternyata saat jam 10 ditensi oleh 3 siswi Bidan yang magang, tensi istri saya 120/80. Bidan jaga tidak percaya, setelah dicek ulang, tensi 120/80. Detak Janin Positif. Dan Protein di Urin negatif.


Akhirnya istri saya pulang dan menginap di rumah kakaknya 2 Oktober 2011. Segala pantangan seperti garam, daging, minyak, dan pedas2 tidak dimakan. Sayur dan buah2an diperbanyak. Tak lupa juga minum madu dan air kelapa. Di sana tensi dan detak janin dikontrol oleh Bidan setempat.


Hari Sabtu tanggal 8 Oktober 2011, istri kembali ke rumah. Kemudian hari Minggu periksa di Bidan Inawati di jalan Sadinoe,Kebon Nanas.


Alhamdulillah tanggal 11 Oktober 2011 jam 11, istri saya melahirkan bayinya dengan normal setelah diinduksi. Bayi itu kemudian kami beri nama: Yusuf Abdulghoni.


Banyak liku-liku yang harus dialami. Bahkan saat akan mengambil uang di ATM guna membayar biaya kelahiran, kartu ATM BCA ditolak karena ternyata rusak. Saat ingin mengganti, menurut petugas harus ada Buku BCA. Terpaksa saya kembali ke rumah mengambil buku BCA agar bisa mengganti kartu ATM BCA dan bisa mengambil uang dengan segera.


Alhamdulillah sekarang istri dan bayi sudah di rumah kembali.


Alhamdulillah ke 3 anak saya bisa lahir dengan normal. Tidak dengan operasi Caesar karena selain kelahiran dengan operasi Caesar itu lebih berbahaya daripada normal, disinyalir 70% lebih Operasi Caesar sebetulnya tidak perlu. Banyak Dokter dan Klinik Bersalin melakukan itu karena mereka bisa dapat uang 3x lipat lebih banyak daripada kelahiran normal.


Meski pada kelahiran anak ke 2 Dokter juga menyuruh Caesar dengan alasan jalan keluarnya infeksi, alhamdulillah Muhammad Irfan juga bisa lahir dengan normal. Kelahiran bisa normal karena saat konsultasi terakhir dengan Dokter sengaja saya lewatkan agar Dokter tersebut tidak memaksa untuk Caesar. Begitu mules, istri saya langsung ke Bidan malam-malam dan melahirkan dengan normal setelah diinduksi.


Kompas



Ketika Caesar Jadi Pilihan


Utamakan cara normal


Direktur RSIA Bunda, Jakarta, Dokter Mirta Widia Irsan mengatakan, perkembangan teknologi bedah caesar ini juga didukung keterampilan yang dikuasai dokter spesialis kebidanan dan kandungan. ”Kami tetap mengutamakan dan mengusahakan kelahiran normal bagi pasien, tapi angka caesar di RSIA Bunda cukup tinggi, 60-70 persen,” kata Mirta.


Idealnya angka operasi caesar di rumah sakit pendidikan mencapai 15-20 persen dan 20-30 persen di rumah sakit rujukan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat adanya peningkatan angka persalinan caesar di sejumlah negara. Selama tahun 2007-2008, menurut data WHO, ada 110.000 kelahiran di seluruh Asia dan 27 persen di antaranya dilakukan di meja operasi.


Calon ibu menjadikan bedah caesar sebagai primadona, antara lain, karena alasan takut sakit hingga perhitungan ”hari baik”. Bedah caesar juga semakin didongkrak beragam mitos keliru yang beredar di masyarakat. Mitos itu, antara lain, terkait dengan rusaknya vagina akibat melahirkan, yang sebenarnya tidak perlu ditakutkan.


Dokter spesialis kebidanan dan kandungan, Muh Ilhamy S, SpOG, yang juga menjabat Kepala Subdirektorat Bina Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan menegaskan, caesar tanpa indikasi medis berisiko membahayakan kesehatan ibu dan bayi. Komplikasi akibat anestesi ataupun pembedahan bisa saja terjadi.


Bedah caesar, menurut Ilhamy, biasanya dilakukan demi keselamatan ibu dan bayi. Namun, ia tak menafikan adanya kemungkinan orangtua mendapat firasat tertentu sehingga lebih nyaman melahirkan caesar.


Caesar dengan indikasi medis dilakukan, antara lain, ketika ibu tidak boleh mengejan karena menderita hipertensi, kejang rahim, ketuban pecah dini, atau ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala bayi.


Caesar juga bisa dilakukan karena faktor kesulitan bayi, seperti berat bayi di atas 4 kilogram, kelainan letak bayi, gangguan tali pusat, dan kelahiran prematur.


Dalam persalinan caesar, ibu bisa mengalami infeksi, luka kandung kemih, hingga pendarahan. Pendarahan rahim yang terjadi tanpa tanda rasa nyeri akibat robekan yang tidak kelihatan bisa membahayakan bayi pada kehamilan berikutnya. ”Semua tindakan operasi ada risikonya. Yang terburuk, caesar bisa menyebabkan rahim cacat,” ujar Ilhamy.


Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan Supriyantoro mengatakan, angka kematian ibu melahirkan dengan caesar lebih tinggi dibandingkan dengan kelahiran normal. ”Operasi caesar seharusnya dilakukan berdasarkan indikasi medis,” kata Supriyantoro.


Senyaman apa pun, bedah caesar seharusnya tetap menjadi pilihan terakhir.


http://health.kompas.com/read/2011/09/26/07080388/Ketika.Caesar.Jadi.Pilihan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar