Seorang mukmin bukanlah pengumpat, pengutuk, berkata keji atau berkata busuk. (HR. Bukhari dan Al Hakim)
http://media-islam.or.id/2007/12/11/jangan-marah
Sabar adalah satu sifat yang mulia. Dengan sifat sabar, kita bisa merubah lawan menjadi teman. Orang-orang yang sabar mempunyai keuntungan yang besar:
„Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.
Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.“ [Fushilat:34-35]
Allah menjanjikan surga kepada orang-orang yang sabar:
„Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.“ [Ali Imran:133-134]
“Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri kepada-Mu” [Al A'raaf 126]
http://media-islam.or.id/2010/05/11/allah-bersama-orang-yang-sabar
Rajin ibadah, namun akhlaknya kepada manusia buruk, bukan jaminan masuk surga.
“Ada beberapa orang yang datang menemui Rasulullah saw, lalu berkata, ‘Wahai Rosulullah, si fulanah adalah orang yang rajin shalat, puasa, dan mengeluarkan zakat, tapi ia juga sering berbuat jahat terhadap tetangganya. Lantas Rasulullah saw bersbda, “Dia adalah penghuni neraka”. Lalu ada yang berkata kepada Rosulullah, bahwa ada seorang perempuan yang shalatnya biasa-biasa, begitu juga dengan puasa yang dilakukan dan zakat yang dikeluarkannya, tapi ia tidak pernah berbuat jahat terhadap tetangganya. Mendengar hal itu, beliau bersabda, “Dia adalah penghuni surga” (HR Imam Ahmad dan Al-Hakim).
“Akhlak yang mulia adalah berwajah ceria, memberikan kebaikan, dan menahan diri dari gangguan” (Ibnul Mubarak, Jami’ul Ulum wal Hikam).
“Akhlak mulia itu dengan bersabar atas gangguan manusia, tidak marah, dan tidak berlaku kasar kepada mereka” (Imam Ahmad bin Hambal, Adab Syar’iyah).
“Asas akhlak mulia terhadap sesama manusia adalah engkau menyambung persahabatan terhadap orang yang memutusmu dengan memberi salam, memuliakan, mendoakan kebaikannya, memuji dan mengunjunginya” (Ibnu Taimiyah, Majmu’ Fatawa).
“Akhlak yang mulia asasnya adalah sabar dan lembut, sehingga menghasilkan sifat pemaaf, berlapang dada, bermanfaat bagi manusia, sabar atas gangguan serta membalas kejelekan dengan kebaikan” (Syaikh Abdurrahman As-Sa’di, Riyadhun Nadhirah).
“Agama ini seluruhnya akhlak, barangsiapa memperbaiki akhlaknya maka baik pula agamanya” (Ibnul Qayyim, Madarijus Salikin).
Rasulullah Saw pernah ditanya tentang amalan apa yang paling banyak menyebabkan manusia masuk surga, maka beliau menjawab: “Taqwallahi wa husnul khuluq”, takwa kepada Allah dan akhlak yang mulia (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, Imam Ahmad, Ibnu Hibban, dan Al Hakim dari Abu Hurairah). Wallahu a’lam.*
Yang pasti, mukmin terbaik adalah yang paling baik perilakunya. “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi).
Yang membuat seseorang itu baik, menyenangkan, dan menenangkan bagi sekitarnya adalah akhlak –budi pekerti atau perangai. Bisa jadi, yang paham agama atau aktivis Islam, tidak menyenangkan karena akhlaknya buruk.
Itulah sebabnya, misi utama Rasulullah Saw sebagai nabi dan utusan Allah, menyebarkan agama Islam, adalah “liutammima makarimal akhlaq”, menyempurnakan akhlak mulia (HR. Imam Ahmad dan Al-Hakim).
http://ddhongkong.org/2011/09/ibadahnya-sih-rajin-tapi-akhlaknya-kok/
jazakumullah tambah ilmu kebaikan
BalasHapus