Senin, 28 Januari 2013

Ilmu Agama Islam Makin Lama Makin Berkurang

Quraisy ShihabBerbeda dengan ilmu dunia yang makin lama makin canggih, ilmu agama Islam itu makin lama justru makin berkurang. Bukan malah bertambah hebat/bagus.


Sebaik-baik zaman di dalam Ilmu Agama Islam adalah Zaman Nabi Muhammad. Jelas karena ada Nabi yang berkomunikasi langsung dengan Allah. Setelah itu zaman para Sahabat Nabi. Meski saat itu tidak ada Kitab Hadits seperti Sahih Bukhari yang disusun oleh Imam Bukhari yang lahir tahun 196 Hijriyah, bukan berarti para Sahabat Nabi itu tidak memakai hadits Nabi. Mereka ketemu langsung dengan Nabi. Mereka ngobrol langsung dengan Nabi. Mereka berjihad bersama Nabi. Bahkan beberapa di antaranya dijamin Nabi masuk surga. Lewat para sahabatlah maka segala perkataan Nabi, perbuatan Nabi, Taqrir Nabi disampaikan ke generasi berikutnya sehingga akhirnya sampai di tangan para Imam Hadits seperti Bukhari dan Muslim dan kemudian ke tangan kita.



Al Qur'an dan Hadits itu sampai ke kita lewat para ulama yang menyebarkannya. Bukan jatuh dari langit begitu saja.


Keliru jika ada yang mengatakan: "Kenapa kalian mengikuti Imam Mazhab? Kenapa kalian tidak mengikuti Al Qur'an dan Hadits saja?"


Ini seolah-olah menuduh para Imam Mazhab tidak mengikuti Al Qur'an dan Hadits! Padahal mereka itu hafal Al Qur'an di usia muda dan menguasai jutaan hadits. Imam Syafi'ie hafal Al Qur'an di usia 7 tahun dan hafal kitab Hadits Al Muwaththo pada usia 10 tahun. Selain hadits, mereka juga melihat praktek ibadah langsung dari Tabi'in atau generasi anak2 sahabat Nabi. Sementara para sahabat Nabi melihat langsung dari Nabi. Harap diingat, kita semua bisa sholat di usia 7 tahun bukan karena melalap Al Qur'an dan Hadits. Tapi karena mengikuti praktek sholat secara langsung dari orang tua dan guru kita.


Para Imam Mazhab seperti Imam Hanafi yang lahir tahun 80 Hijriyah di Kufah. Hanya 70 tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW tahun 10 H. Begitu pula dengan Imam Malik yng lahir tahun 93 Hijriyah di Madinah, Imam Syafi'ie tahun 150 H, dan Imam Ahmad di tahun 164 H. Sementara Imam Hadits terkemuka seperti Imam Bukhari lahir tahun 196 H. Sekitar 100 tahun setelah Imam Mazhab.


Dari situ kita paham kenapa para Imam Mazhab tidak pakai hadits Sahih Bukhari dan Sahih Muslim karena mereka lahir 100 tahun sebelumnya. Justru itu hadits-hadits yang mereka dapat sebetulnya jauh lebih banyak dan lebih murni ketimbang para Imam hadits tersebut. Saat ada hadits yang berbeda dari praktek ibadah para Tabi'in, tentu mereka akan memilih praktek dan pendapat para Ulama generasi Tabi'in. Saat Imam Syafi'ie berkata, jika ada hadits lain yang lebih sahih ambillah itu, itu untuk generasi beliau. Jika ada yang menemukannya, tentu beliau mengambil itu. Namun aneh jika setelah ribuan tahun beliau meninggal, ada yang menemukan hadits yang lebih sahih.


Mana Dalilnya?


Ini dia:


Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sebaik-baik manusia adalah generasiku (sahabat), kemudian orang-orang sesudah mereka (tabi’in), kemudian orang-orang sesudah mereka (tabi’ut tabi’in).”


dalam lafazh laindisebutkan bahwa,


“Sebaik-baik zaman adalah zamanku (zaman para sahabat), kemudian yang setelahnya (zaman tabi’in), kemudian yang setelahnya (zaman tabi’ut tabi’in).”
(HR. Bukhari no. 6429 dan Muslim no. 2533 hadits ini adalah Mutawatir)


“Ulama adalah pewaris para Nabi” Begitu sabdanya seperti yang dimuat di HR Abu Dawud.


Bahkan Nabi tidak tanggung2 lebih menghargai seorang ilmuwan daripada satu kabilah. “Sesungguhnya matinya satu kabilah itu lebih ringan daripada matinya seorang ‘alim.” (HR Thabrani)


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda


إِنَّ اللهَ لاَيَقْبِضُ الْعِلْمَ اِنْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِبَادِ، وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ، حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اِتَّخَذَ النَّاسُ رُؤُوْسًا جُهَّالاً فَسُئِلُوْا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوْا وَ أَضَلُّوْا


“Sesungguhnya Allah tidaklah mencabut ilmu (dalam riwayat lain: tidaklah menggenggam ilmu) dengan cara mencabutnya dari dada-dada para ulama, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan cara mematikan para ulama hingga tidak tersisa satupun orang yang berilmu. Sehingga manusia akan mengangkat pemimpin-pemimpin yang bodoh, kemudian mereka bertanya kepadanya dan diapun memberikan fatwa tanpa ilmu, maka mereka (para pemimpin) itu sesat dan menyesatkan.” (HR. Bukhari)


Ilmu agama Islam akan berkurang terus menerus seiring dengan hilangnya hafalan manusia dengan meninggalnya para ulama, hilangnya kitab-kitab, munculnya kitab-kitab palsu, dan sebagainya.


Sehingga di akhir zaman, orang hanya bisa menyebut nama "Allah" saja. Saat itu Allah menunda Kiamat hingga 40 tahun. Saat sudah tidak ada lagi yang menyebut nama "Allah", kiamat pun terjadi.


Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2007/09/14/keutamaan-ilmu/

2 komentar: