Selasa, 08 Januari 2013

Bahaya Belajar Al Qur'an Tanpa Guru

Ceramah Ustad Ruslan Mawardi tanggal 7 Januari 2013 kemarin di antaranya membahas bahaya belajar Al Qur'an tanpa guru.


Beli terjemah Al Qur'an kemudian membacanya sendiri tanpa bertanya kepada guru.


Bisa jadi saat Mosadek membaca ayat di bawah:


"Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat.." [An Nahl 36]


langsung dia berpikir, "Allah mengutus tiap rasul kepada setiap ummat. Nah di Indonesia atau Jawa Barat ini ummatnya belum ada Rasul. Kalau begitu, akulah rasulNya". Akhirnya Mosadek pun mengaku sebagai Nabi.


Padahal di ayat lain sebetulnya dijelaskan Nabi Muhammad adalah Nabi dan Rasul terakhir:


"Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu., tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. " [Al Ahzab 40]


Kalau menafsirkan sendiri, bisa saja tafsirannya lain. Khataman Nabiyyin yang artinya penutup para Nabi/Nabi terakhir akhirnya cuma diterjemahkan jadi Cincin Para Nabi. Itulah akibat belajar Al Qur'an tanpa guru.


Ada lagi orang yang memahami ayat:


وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ


"Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan. " [Adh Dhuhaa 11]


Diartikan dengan menceritakannya ke mana-mana. "Eh kemarin saya dapat Rp 1 milyar nih". Tapi dia tidak memberi apa-apa kepada yang mendengarnya. Yang terjadi adalah orang-orang yang mendengarnya bisa terkena hasud, iri, atau dengki.


Padahal maksudnya nikmatnya juga disebarkan. Ini buat kamu, kebetulan saya dapat uang Rp 1 milyar. Jadi orang2 senang dan terhindar dari hasud. Ini adalah penjelasan ayat tsb:


"Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan." Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya. " [Al Baqarah 215]


Makanya di Betawi ada istilah "Uang Denger", katanya. Bukan berarti uangnya didekatkan ke kuping kemudian digesek-gesek hingga kedengeran...


Begitu pula maksud kata ziinatukum di bawah:


يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ


"Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid..." [Al A'raf 31]


Maknanya meski sebetulnya perhiasan, tapi bukan berarti kita lantas pakai gelang-gelang besar saat ke masjid. Tapi artinya pakaian yang indah.


Jangan sampai ke masjid itu pakaiannya jember. Janganlah pakaian yang biasa dipakai buat "nguli" seperti celana training dan kaos oblong robek yang dipakai.


Pakaian yang indah juga bukan berarti harus mahal misalnya pakai baju jas, pakai dasi ke Masjid At Taubah. Malah ribet. Kalau di Amerika atau di Australia pantes pakai jas. Tapi kalau di Kebon Nanas orang pakai jas dan dasi di masjid, bisa dikira begini (beliau silangkan jarinya ke dahinya) oleh orang2. Memangnya "Direktur" At Taubah?


Cukuplah baju kok yang bersih, rapi, dan indah. Tidak harus mahal.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar