Kamis, 12 Juni 2014

Mengurangi Subsidi BBM dan Hindari Kenaikan Harga

Masalah BBM, Prabowo harus punya nilai tambah. Jangan 11-12.
Subsidi BBM harus tetap ada karena itu amanat pasal 33 UUD 45. Mencari solusi untuk mengurangi Subsidi BBM tanpa menaikan harga BBM. Faktor Subsidi BBM: Nilai Tukar Dolar, Konsumsi BBM, dan Produksi BBM. 

Jika nilai rupiah bisa distabilkan dari Rp 12.000 per dolar jadi Rp 9.000, paling tidak kita bisa mengurangi subsidi BBM sebesar 33% tanpa menaikan harga. 

Konsumsi BBM 1,5 juta barel per hari (bph). Jika konsumsi BBM dikurangi hingga 1 juta bph dengan cara membangun Pembangkit Listrik dgn Sumber Energi Terbarui seperti PLTA, Matahari, Angin, Panas Bumi, dan penggunaan kendaraan hemat energi (dari 1:10 jadi 1:20 atau 1:40), maka subsidi BBM pun akan berkurang. 


Begitu pula peningkatan produksi. Saat Pertamina mengontrol migas, produksi minyak sekitar 1,2 juta bph. Namun saat dipegang Migas mulai tahun 2002 hingga sekarang, produksi turun jadi 0,8 juta bph. Jika dikembalikan ke Pertamina dan membangun 1-2 BUMN Migas baru, maka produksi bisa dinaikkan minimal 1 juta bph. Dgn cara ini, subsidi BBM turun. Kenapa? Biaya perolehan 1 liter bensin itu paling tinggi Rp 2500/liter. Jadi dengan harga Rp 6500/liter saja, pemerintah sudah untung Rp 4.000/liter. Insya Allah jika Prabowo jadi presiden, harga minyak tidak akan naik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar