From: sd-islam@yahoogroups.com
Subject: [sd-islam] Ada Anak Muslim Yang Main Seks Di Usia SD
Assalamu'alaikum wr.wb.,
Tadi ketemu teman (ustadz) yang bercerita: kemarin dia dipanggil dua orang tua untuk konsultasi. Anak mereka (laki) masih anak SD, tapi setelah nonton film porno di HP teman di sekolah, dia pengen coba juga. (Mungkin kelihatan asyik dan membuat dia terangsang, padahal kurang mengerti juga kali!) Lalu dia cari teman kelas yang perempuan dan mereka main seks. Setelah itu baru ketahuan orang tua. Mereka bingung dan telfon ustadz untuk konsultasi. Mereka hanya bisa pasrah, karena tidak menyangka anak mereka yang akan jadi korban.
Bagi bapak-ibu yang punya anak SD, mohon jangan BERASUMSI. Jangan mengatakan “Anak saya tidak bakalan begitu, hanya anaknya orang lain saja yang rusak”.
Kalau anak laki sudah bisa dapat ereksi, dan sudah akil baligh (bisa mengeluarkan sperma), maka risikonya sama bagi dia dengan semua teman kelas. Yang aman 100% zaman sekarang tidak ada. Di rumah kita dijaga secara baik, tapi di sekolah ada teman SD yang punya film porno di HP. Kalau anak kita merasa terangsang sekali, dan tidak paham apa itu seks, tidak paham bahwa itu haram, dan tidak paham tentang proses terjadi kehamilan, maka orang tua mana yang bisa mencegah anak itu dari mencari teman main seks yang juga anak SD? Apalagi anak sudah masuk SMP dan SMA.
Tolong bicara dengan suami/isteri anda tentang apa yang perlu disampaikan kepada anak tentang seks. Minimal secara biologis, dan kenyataan bahwa hubungan seperti itu hanya untuk suami-isteri, dan bukan untuk anak/remaja, dan kemaluan tidak boleh dilihat atau disentuh oleh orang lain kecuali orang tua, dsb. Tidak perlu memberikan detail yang dalam, tetapi yang penting adalah anak SUDAH TAHU BAHWA TOPIK INI BOLEH DIBICARAKAN DENGAN BAPAK DAN IBU TANPA ADA YANG MENJADI MARAH. Kalau anak merasa bebas bertanya, maka pada saat dia bertanya tentang itu, kita bisa gunakan untuk bicara lebih dalam, dan memberikan pengarahan, serta bisa tanya tentang teman sekolah, apa pernah lihat film porno, di mana, dsb. Kuncinya adalah JANGAN MARAH. Kalau marah, maka pada saat dia sangat membutuhkan pertolongan (karena teman kelas ajak main seks pada malam minggu depan), maka dia TIDAK AKAN BERANI bicara dengan orang tua karena takut dimarahi. Jadi menjadi marah bukan solusi yang tepat. Tetapi kalau anak tahu bahwa ini boleh dibahas secara terbuka, maka insya Allah anak kita mau JUJUR dengan orang tua tentang topik ini. Yang penting, kalau kita bertanya, dia mau jawab dengan jujur. Kalau kita tidak punya informasi akurat tentang pergaulan dia, kita tidak bisa mencegah.
Orang tua bisa bertanya (seperlunya, kepada anak SD, SMP, SMA) seperti ini:
Apa sudah mencium perempuan/laki-laki? Apa sudah dipikirkan?
Kapan? Berapa kali? Apakah sudah tahu bahwa itu haram, dan kena dosa, serta hilangkan pahala?
Apa sudah tahu apa itu film porno? Sudah pernah melihat? Di mana? Sama siapa?
Apa jadi terangsang? Lalu apa yang dilakukan? Apakah ereksi hilang sendiri? Apa kamu onani/masturbasi? Dsb. (Kalau anak SD/SMP onani setelah melihat film porno, berarti dia sulit menahan rasa terangsang tersebut, dan hal itu berarti dia lebih cenderung akan mau melihatnya lagi, atau melakukannya sendiri. Tinggal cari kesempatan!)
Apa kamu ingin telanjang dengan perempuan/laki seperti di dalam film itu?
Apa ada teman sekolah yang sudah coba begitu? Apa katanya tentang itu? Apa dia juga dorong semua teman untuk coba juga?
Dan sebagainya.
Kalau ibu atau bapak bisa bicara dengan anaknya, dengan suara lembut, tanpa jadi marah dulu, dan sebatas menggali informasi, insya Allah anaknya mau jawab dengan jujur. Dan kalau mau bantu anak dengan masalah ini, kuncinya adalah kita bisa dapat informasi yang BENAR dari anak tentang PERGAULAN DAN PEMIKIRAN MEREKA.
Kalau mereka takut dimarahi oleh bapak, lalu selalu berbohong, maka kita tidak akan tahu sampai tiba2 anak kita atau pacarnya hamil. (Atau kena penyakit seks). Dan kalau sudah terjadi, sudah telat bagi kita untuk melindungi mereka.
Kalau anda merasa malu membicarakan seks dengan anak (walaupun secara ringan saja, tanpa banyak detail), dan BERASUMSI anak anda tidak berfikir seperti itu, maka ada dua kemungkinan: 1) anda benar, dan anak belum berfikir begitu, atau 2) anda akan terkejut setengah mati setelah tahu anak anda yang masih duduk di SD/SMP sudah bukan perawan lagi.
Tolong hati-hatilah. Lebih baik mencegah daripada anak anda juga menjadi korban. Apalagi hamil pada usia 12-13 tahun.
Semoga bisa diterima sebagai bahan masukan saja. Mohon maaf bila tidak berkenan.
Wassalamu'alaikum wr.wb.,
Gene Netto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar