Minggu, 06 April 2008

4 Hari Perjalanan Wisata ke Yogyakarta dengan Bis


Foto bersama di depan Bis


SD Krishna, sekolah tempat istri saya bekerja mengadakan wisata ke Yogya selama 4 hari. Semua guru dan karyawan beserta keluarganya ikut serta.



Tanggal 19 Maret 2008, Rabu malam jam 19:00 bis dengan kapasitas 60 penumpang segera berangkat. Akibat jalan Jakarta yang bergelombang laksana jalan desa, kami tertahan selama setengah jam lebih di Cawang.



Karena mendengar isyu jalan rusak dan banjir di Pantura, kami mengambil jalur selatan, Pantasel. Lewat Tol Cikampek, Cipularang, kemudian Bandung, Tasikmalaya, Ciamis, Gombong, Kebumen, dan terakhir Yogya.



Irfan tidak bisa diam di dalam bis


Perjalanannya masya Allah sungguh melelahkan. Tanggal 20 Maret 2008, Kamis jam 12:30 siang baru sampai di Wisma PU, jalan Ngeksigondo, Yogyakarta. 17,5 jam di jalan! Pantas saja seorang teman ada yang nyeletuk di daerah Kebumen. ”Kok tidak sampai-sampai?” Apalagi dengan jumlah kursi 60, maka kursi tidak bisa dibaringkan penuh karena kepentok kursi di belakangnya. Ditambah dengan 3 kursi untuk 4 orang, meski yang dua di bawah 7 tahun umurnya, tetap saja menjadi sempit. Panas rasanya bokong ini karena harus memangku anak-anak kami....



Begitu sampai, alhamdulillah. Namun belum satu jam istirahat, kembali kita harus berwisata ke candi Prambanan. Kembali dari Prambanan jam 17:00, setelah Maghrib kembali wisata ke Malioboro. Dari parkiran mobil bis ke jalan Ahmad Yani biayanya Rp 5.000. Karena waktu yang singkat, jam 21:15 setelah membeli Sendal Kulit di jalan Ahmad Yani, kami segera kembali ke bis.



Beli Batik Tulis di Yogya


Esok paginya jam 7:30 kita pergi ke alun-alun. Di sana kami naik becak ke toko Dagadu, pembuat Bakpia Pathok, dan Toko Batik Tulis. Untuk perjalanan ini, tukang Becak menawarkan becaknya dengan harga murah, yaitu Rp 3.000 sudah pulang-pergi. Balik ke tempat anda berangkat. Padahal kalau anda naik becak dari alun-alun ke Malioboro untuk sekali jalan, mereka bisa meminta Rp 10.000 hingga Rp 15.000 sekali jalan.



Naik Becak keliling Yogyakarta


Kenapa? Karena mereka bisa mendapat komisi paling tidak 20% dari nilai pembelian anda. Sebagai contoh kami membeli Bakpia Pathok seharga Rp 60.000 (6 kotak), 1 kaos Dagadu seharga Rp 40.000 (harga bandrol Rp 50.000), dan Batik seharga Rp (60.000). Total Rp 170.000. Dari situ paling tidak abang Becak tersebut dapat komisi Rp 34.000.



Beli Bakpia Pathok di tempat bikinnya di jl Aipda KS Tubun Yogyakarta


Jika anda ingin barang yang murah, anda bisa beli sendiri misalnya kaos Dagadu di jalan samping Malioboro Mall yang asli hanya seharga Rp 15.000-20.000, sementara Batik di Pasar Beringharjo lebih murah lagi meski ada yang tidak asli. Untuk Bakpia Pathok meski kami beli di pembuatnya, ternyata jumlahnya berkurang 30%. Tiap baris yang biasanya 10 kalau di toko, di situ hanya 7 saja dengan ruang tersisa untuk 3 Bakpia Pathok.



Hana Hanifah (6 thn) dan Muhammad Irfan (3 thn) berfoto di atas becak


Tapi jika anda memang ingin berjalan-jalan menikmati keindahan kota Yogya dengan keliling naik becak, maka harga di atas cukup pantas sebagai ongkos guide mereka. Dijamin anda puas meski harus merogoh kocek lebih dalam.



Setelah itu kami jalan-jalan ke Keraton. Agar bisa berfoto, kami beli video/photo permit seharga Rp 1.000.


Foto ramai-ramai di depan Keraton Yogyakarta


Usai dari Keraton, kami sholat Jum’at di Masjid Gedhe, Kauman, Yogya. Setelah itu berangkat ke Ketep Pass untuk melihat Gunung Merapi. Jam 16:00 sampai di sana. Sayang udara hujan dan berkabut sehingga saya tidak bisa memotret Gunung Merapi. Setelah itu berangkat ke Candi Borobudur dan tiba jam 17:00. Sayangnya sudah tutup.



Masjid Ghede di Kauman Yogyakarta


Sempat terjadi diskusi apakah menginap untuk melihat Borobudur besok atau pulang. Karena sebagian peserta ada yang kelelahan dan sakit, diputuskan untuk pulang.



Perjalanan pulang kali ini lewat Pantura. Alhamdulillah meski berangkat jam 19:00 dari Magelang, jam 5:30 Sabtu kami sudah sampai di Jakarta. Kurang dari 11 jam. Mungkin karena jalan Pantura yang lurus dan datar bis bisa berjalan jauh lebih cepat. Jalan Pantasel meski supir Bisnya agak lambat, tapi memang berkelok-kelok dan mendaki karena melewati pegunungan. Meski demikian pemandangan pegunungannya sangat indah apalagi jika melewatinya di siang hari.



Dalam perjalanan pulang, Muhammad Irfan (3 tahun) anak kami tidak henti-hentinya menyanyi di bis membuat banyak orang tertawa. Ini karena selain iramanya kadang menurut versi dia sendiri, liriknya pun kadang juga dia buat sendiri sehingga menyimpang dari aslinya.



Berikut foto-foto dari perjalanan kami naik bis dari Jakarta ke Yogyakarta


Beli Bakpia Pathok di tempatnya di jalan Aipda KS Tubun Yogyakarta


Beli Bakpia Pathok


Foto bersama keluarga


Foto bersama keluarga


Keraton Yogya


Keraton Yogya


4 komentar:

  1. Salam Hormat, Salam Senyum Kanggo Sedulur Kabeh
    Assalamu'alaikum Wr. Wb.
    Perkenalkan, Saya H.M.Jamil,SQ,MPd ingin meminta dukungan Saudara dalam pemilihan Caleg DPR RI PPP 2009 Dapil Kebumen, Banjarnegara & Purbalingga.
    Semoga bermanfaat bagi kita semua.
    Salam Hangat buat Keluarga Anda
    Wassalamu'alaikum Wr.Wb.

    BalasHapus
  2. yang pergi ke jogya gak ajak2neh

    BalasHapus
  3. @cepak20: itu lagi bareng sama guru2 Krishna...

    BalasHapus
  4. iya betul pak klo mo blanja batik di jogja mending langsung di pasar beringharjo aja...asal pinter milih n nawarnya...atau toko2 di malioboro seperti mirota batik, adiningrat, narendra dll...harga pas..malah lebih murah..
    klo di tempat2 batik yg dianterin becak...komisinya sampai 40 hingga 50 persen...jadi harga normal udah dinaikkan 4 kalinya karena untuk komisi becak
    kalo dagadu yg asli itu cuman di pakuningratan, lower ground malioboro mall...itu bahan 100 katun harganya 60 ribuan tapi asli katun...klo yg harga 15 apa 25 ribuan itu kaos bahannya bukan katun tapi pe atau tc...yg pasti bukan asli dagadu...
    selamat berwisata di jogja ....

    BalasHapus