Rabu, 21 Mei 2014

Bisakah Menghilangkan Subsidi BBM Tanpa Menaikkan Harga BBM?



Bisakah Menghilangkan Subsidi BBM Tanpa Menaikkan Harga BBM? Umumnya orang langsung akan jawab: "Tidak bisa!" Padahal jika mau berpikir lebih panjang sedikit dan lebih luas, jawabannya: "Bisa!" Loh, bagaimana bisa? Mari kita bahas satu per satu. 

Pertama kita harus paham faktor2 apa saja yang membuat "Subsidi BBM" itu naik? Konsumsi BBM yang tinggi, Produksi BBM yang rendah, dan nilai tukar dollar yang tinggi akan membuat subsidi BBM jadi tinggi. Sebaliknya jika konsumsi BBM rendah, Produksi BBM tinggi, dan nilai tukar dollar rendah/stabil, maka subsidi BBM pun akan rendah bahkan hilang. 

Nah kita bahas dulu nilai tukar dollar. Harga Pasar Minyak Dunia ditetapkan dalam dollar. Itulah sebabnya jika nilai dollar tinggi, "subsidi" pun jadi naik meski biaya produksi minyak di Indonesia mayoritas (seperti gaji) dalam rupiah.



Coba kita lihat perkembangan nilai tukar dollar AS terhadap rupiah dari Bloomberg:

http://www.bloomberg.com/quote/USDIDR:CUR/chart

Pada tanggal 27 Juli 2011, 1 dollar = Rp 8.480
Sekarang (22 Mei 2014) 1 dollar sekitar Rp 11.500
Nah jika kita bisa menstabilkan rupiah sehingga kembali ke posisi 3 tahun lalu saja berarti subsidi sudah berkurang sebesar 35%!
Bagaimana agar nilai dollar stabil? Tidak naik?
Ada banyak macam cara.
Tingginya dollar karena banyak permintaan dollar. Karena banyak impor. Dan juga karena ulah para spekulan/pedagang valas.
Solusinya adalah mengurangi impor dgn cara mandiri/swa sembada. Jika bis2 di dalam negeri sudah bisa bikin bis sendiri, ya jangan impor bis dari luar negeri. Begitu seterusnya. Caranya ya pajak barang2 impor harus dinaikkan minimal 20%.

Andai pun Impor misalnya dengan Cina, transaksi dilakukan dengan mata uang masing2 atau uang setara gram emas. Misalnya Indonesia beli barang seharga 1 USD dari Cina. Indonesia bisa bayar seharga 6 Yuan jika 6 Yuan = 1 USD. Begitu pula jika Cina Impor barang seharga 1 USD dari Indonesia, Cina bisa membayarnya seharga Rp 11.000 jika 1 USD=Rp 11.000. Indonesia bisa meningkatkan nilai tukar rupiah dengan menjaminnya dengan emas misalnya 1 gram emas = Rp 325.000.

Kemudian untuk perdagangan valas juga harus dikenakan Pajak PPN minimal 2% dari nilai transaksi. Jika tidak, para spekulan valas itu keenakan sebab PPN untuk kebutuhan sehari2 saja sampai 10%.

Kemudian, mata uang rupiah harus dipatok dengan emas. Jadi tidak mudah dipermainkan para spekulan valas. Misalnya 1 gram emas nilainya = rp 325.000. Bagaimana jika emas kita tidak cukup? Pemerintah harus membuat BUMN Tambang Emas agar bisa menambang emas di sekitar pertambangan Freeport dan juga perusahaan2 tambang emas lainnya. Disurvey tempat2 yang mengandung emas.

Kurangi Konsumsi BBM
Yang kedua adalah mengurangi konsumsi BBM. Tahun 1977, pemakaian BBM hanya 300.000 barrel/hari. 1 barrel=159 liter. Nah sekarang sekitar 1,1 juta barrel/hari. Kok bisa dalam 37 tahun pemakaian BBM naik hingga hampir 4x lipat sementara pertumbuhan penduduk Indonesia naiknya cuma sekitar 2 x lipat? Dari 115 juta jadi 250 juta jiwa?

Boleh dikata konsumsi BBM terbesar ada 2: 1. Untuk Listrik perumahan dan kantor, 2. Untuk Kendaraan.

Penggunaan BBM untuk rumah dan kantor bisa dikurangi dengan memperbanyak sumber energi terbarui seperti Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Matahari, dan Angin. Pada zaman Soekarno dan Soeharto, dibangun banyak PLTA seperti PLTA Jatiluhur, Cirata, Asahan, Kedung Ombo, dsb.


Di dalam Waduk Jatiluhur, terpasang 6 unit turbin dengan daya terpasang 187 MW dengan produksi tenaga listrik rata-rata 1.000 juta kwh setiap tahun, dikelola oleh Perum Jasa Tirta II.
http://id.wikipedia.org/wiki/Waduk_Jatiluhur

Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Cirata merupakan PLTA terbesar di Asia Tenggara. PLTA ini memiliki konstruksi power house di bawah tanah dengan kapasitas 8x126 Megawatt (MW) sehingga total kapasitas terpasang 1.008 Megawatt (MW) dengan produksi energi listrik rata-rata 1.428 Giga Watthour (GWh) pertahun.
http://id.wikipedia.org/wiki/Pembangkit_Listrik_Tenaga_Air_Cirata

Listrik dari PLTA Cirata sebesar 1.428 juta KWH itu dialirkan ke Jawa, Madura, dan Bali. Sumbernya dari aliran air yang gratis. Jadi biaya operasionalnya murah. Padahal kalau pakai BBM dengan rasio 3,3 KWH/liter, perlu 432 juta liter bensin atau Rp 4,3 trilyun/tahun untuk 1 PLTA. Ada sekitar 53 PLTA di Indonesia. Paling tidak pemerintah telah menghemat sekitar Rp 100 trilyun/tahun dari 53 PLTA tsb.

Sayangnya sejak Soeharto lengser, Pemerintah tidak membangun PLTA lagi. Sebaliknya yang dibangun adalah PLTD yang menggunakan Diesel, PLTU (Batu Bara dan BBM), dan PLTG (gas). Pembangkit Listrik dengan tenaga fosil ini selain polusi juga mahal.

Nah untuk kendaraan juga begitu. Umumnya rasio bahan bakar untuk kendaraan adalah 1:10 (1 liter untuk 10 km) untuk mobil dan 1:40 untuk motor. Menurut berita, saat ini "subsidi" BBM Rp 300 trilyun/tahun. Nah jika digunakan Mobil Hemat Energi (City Car) yang konsumsinya 1:20, sudah dihemat subsidi BBM sebesar Rp 150 trilyun. Apalagi jika menggunakan Mobil UPV yang dirakit dari sepeda motor dengan konsumsi 1:40, subsidi bisa dihemat hingga Rp 225 Trilyun/tahun.

Bahkan jika hemat 50% saja sehingga konsumsi BBM hanya 500 ribu barrel/hari, dengan produksi 800 ribu bph pun pemerintah sudah tidak perlu impor BBM lagi karena sudah surplus 300 ribu bph. Karena dengan harga jual Rp 6500/liter pun pemerintah sudah untung mengingat biaya perolehan dan pengolahan bensin dari sumur minyak hingga ke pom bensin tidak sampai Rp 2500/liter. Jadi sudah untung.

Selain itu Faktor Produksi minyak dalam negeri juga menentukan. Saat Soeharto berkuasa tahun 1997, produksi minyak kita 484 juta barrel/tahun atau 1,3 juta barrel per hari  (bph). Saat Soeharto lengser (kemungkinan dilengserkan AS), produksi minyak kita terus menurun. Saat Pertamina masih mengelola ditahun 2001 produksi minyak masih 432 juta barel/tahun (1,18 juta bph). Namun begitu BP Migas yang mengelolanya di tahun 2002, tahun 2003 produksi minyak turun hingga 339 juta barrel/tahun (0,9 juta bph). Dan tahun 2012 tinggal 279 juta barel (0,76 juta bph).

Kenapa saat pengelolaan minyak dipindahkan dari Pertamina ke BP Migas produksi langsung melorot dari 1,18 juta bph dalam 2 tahun saja tinggal 0,9 juta bph dan tahun 2012 tinggal 0,76 juta bph? Karena BP Migas itu bukan perusahaan minyak. Sehingga bisa ditipu oleh perusahaan2 minyak asing. Bahkan jika tahu ditipu pun, BP Migas tak bisa berbuat apa2 karena bukan perusahaan minyak. Ada pun Pertamina, karena merupakan Perusahaan Minyak, selain lebih sulit ditipu, jika ditipu bisa segera mengambil alih ladang minyak yang dikuasai oleh perusahaan2 asing tsb. Jadi mereka tidak bisa macam2.

Jadi untuk meningkatkan produksi minyak, BP Migas sebaiknya dibubarkan dan pengelolaan minyak di Indonesia dikelola oleh Pertamina yang terbukti lebih baik daripada BP Migas.

Nah jika produksi minyak kita bisa kembali ke 1 juta bph saja dan konsumsi minyak bisa ditekan hingga 0,6 juta bph dengan menggunakan kendaraan hemat energi seperti Mobil Hemat, Mobil Hibrida, Mobil Listrik, Kereta Api Listrik, dsb, dengan harga jual Rp 6500 / liter dan biaya Rp 2.500 / liter saja pemerintah sudah untung tanpa harus mensubsidi BBM lagi. Mobil BMW 320d konsumsi bensinnya hanya 4,1 liter/100km (hampir 1:25) dan Kia Picanto 4. 9 liter/100km (1:20). Rata2 konsumsi BBM kendaraan sejenis adalah 1:10. Jadi jika dipakai mobil yang hemat energi, pemakaian BBM bisa dipangkas hingga separuhnya saja. Sederhana kan?

Produksi Minyak Bumi dan Gas Alam, 1996-2012 (BPS)

Tahun Minyak Mentah Kondensat Gas Alam Pengawas
(barel) (barel) (MMscf)
1996 485,574 63,075 3,164,016 Pertamina
1997 484,341 59,412 3,166,035 Pertamina
1998 480,110 54,782 2,978,852 Pertamina
1999 440,462 54,181 3,068,349 Pertamina
2000 434,369 50,025 2,845,533 Pertamina
2001 432,588 47,528 3,765,829 Pertamina
2002 351,950 45,359 2,289,374 BP Migas
2003 339,100 44,600 2,142,605 BP Migas
2004 354,352 50,641 3,026,069 BP Migas
2005 341,203 46,451 2,985,341 BP Migas
2006 313,037 44,440 2,948,022 BP Migas
2007 305,137 43,211 2,805,540 BP Migas
2008 314,222 44,497 2,790,988 BP Migas
2009 301,663 44,650 2,887,892 BP Migas
2010 300,923 43,965 3,407,592 BP Migas
2011 289,899 39,350 3,256,379 BP Migas
2012 279,412 35,254 2,982,754 BP Migas

http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=10

Ini Dia Masa Kejayaan Produksi Minyak Indonesia
Rista Rama Dhany - detikfinance
Minggu, 18/05/2014 16:00 WIB

http://images.detik.com/content/2014/05/18/1034/154809_minyak1320.jpg
Jakarta -Saat ini, Indonesia harus menyiapkan uang dolar sebanyak US$ 150 juta/hari hanya untuk impor bahan bakar minyak (BBM). Padahal pada masa lalu Indonesia pernah mengalami masa keemasan dalam hal produksi minyak dan sempat jadi negara eksportir minyak dunia.

Direktur Utama PT Pertamina EP (Persero) Adriansyah mengatakan, Indonesia pernah memproduksi minyak sebanyak 1,68 juta barel per hari (sekarang 857.000 barel), sementara konsumsi BBM rakyat Indonesia hanya sekitar 300.000 barel per hari. Ini yang menyebabkan Indonesia masuk dalam organiasasi OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries).

"Itu terjadi pada 1977 
http://finance.detik.com/read/2014/05/18/152355/2585135/1034/ini-dia-masa-kejayaan-produksi-minyak-indonesia

BPK: BP Migas Tak Gunakan Mekanisme APBN Sejak 2002
Adi Adrian - Selasa, 11-06-2013 14:09
BPK: BP Migas Tak Gunakan Mekanisme APBN Sejak 2002 : aktual.co
Gedung BPK RI (Foto: Aktual.co/Istimewa)
Jakarta, Aktual.co — Sejak didirikan tahun 2002 hingga sekarang, BP Migas atau yang sekarang Satuan Kerja Khusus (SKK) Migas tidak pernah menggunakan mekanisme APBN dalam penerimaannya.
http://www.aktual.co/energi/141056bp-migas-tak-gunakan-mekanisme-apbn-sejak-2002

Jumlah Penduduk Indonesia pada Pemilihan Umum tahun 1977 berkisar 114.890.347
http://wartasejarah.blogspot.com/2013/09/pemilu-indonesia-1977.html

http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=10

http://prokum.esdm.go.id/Publikasi/Statistik/Statistik%20Minyak%20Bumi.pdf

Kilowatthour generated per unit of fuel used:
1,842 kWh per ton of Coal or 0.9 kWh per pound of Coal
127 kWh per Mcf (1,000 cubic feet) of Natural gas
533 kWh per barrel of Petroleum, or 12.7 kWh per gallon
http://www.eia.gov/tools/faqs/faq.cfm?id=667&t=6

http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_pembangkit_listrik_di_Indonesia
http://id.wikipedia.org/wiki/PLTU_Batubara

Daftar Lengkap Mobil Paling Irit dan Murah
BMW meletakkan seri 320d th. 2011 pada deretan paling atas mobil paling hemat di Indonesia.
Tingkat konsumsi bbm nya juga cukup hemat, yakni 4, 1 liter/100km.
KIA Picanto 2012
Mobil produksi KIA Mobile ini adalah satu diantara city car yang mempunyai wujud mungil serta benar-benar pas untuk dipakai di daerah perkotaan. Tingkat konsumsi bahan bakarnya benar-benar hemat, yakni seputar 4. 9 liter/100km.
http://www.teknovanza.com/2014/05/daftar-mobil-paling-irit-dan-murah.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar