Rabu, 07 Desember 2011

MengIslamkan Orang Kafir. Bukan MengKafirkan Orang Islam!

Sunnah Nabi adalah mengIslamkan orang Kafir.


Mengajak orang menyembah Allah semata.


Bukan mengkafirkan orang Islam. Menjauhkan orang dari Islam (kecuali jika mereka jelas2 sengaja melanggar 6 rukun Iman dan 5 rukun Islam).


Dakwah dilakukan dgn cara yg lembut dan sebaik2nya sehingga Umar yg dulu kafir pun akhirnya jadi sahabat Nabi yg utama.


"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik..." [An Nahl 125]


"...Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia." [Fushshila 34]


Para Salaf (yg asli) dan Imam Madzhab seperti Imam Malik, Imam Syafi'ie, dsb saya lihat begitu tekun membuat kitab2 Fiqih berdasarkan Al Qur'and an Hadits seperti Al Muwaththo dan Al 'Umm sehingga ummat bisa beribadah dgn benar.


Saya belum pernah mendengar mereka membuat buku khusus yg menuduh sesama Muslim kafir, ini kafir, itu kafir, dsb. Kalau sekarang yg banyak beredar adalah buku2 yg mengkafirkan Orang Islam. Malah bikin pusing. Harusnya ikuti para ulama Salaf tsb...


Tidak pantas juga bagi seorang Muslim untuk mudah menganggap sesat atau mengkafirkan sesama Muslim yang masih sholat dan mengucapkan 2 kalimat syahadah. Jika begitu, maka mereka itu lemah imannya atau mungkin justru tidak punya iman:


Tiga perkara berasal dari iman: (1) Tidak mengkafirkan orang yang mengucapkan “Laailaaha illallah” karena suatu dosa yang dilakukannya atau mengeluarkannya dari Islam karena sesuatu perbuatan; (2) Jihad akan terus berlangsung semenjak Allah mengutusku sampai pada saat yang terakhir dari umat ini memerangi Dajjal tidak dapat dirubah oleh kezaliman seorang zalim atau keadilan seorang yang adil; (3) Beriman kepada takdir-takdir. (HR. Abu Dawud)


Jangan mengkafirkan orang yang shalat karena perbuatan dosanya meskipun (pada kenyataannya) mereka melakukan dosa besar. Shalatlah di belakang tiap imam dan berjihadlah bersama tiap penguasa. (HR. Ath-Thabrani)


Di saat Usamah, sahabat Rasulullah saw, membunuh orang yang sedang mengucapkan, “Laa ilaaha illallaah, ” Nabi menyalahkannya dengan sabdanya, “Engkau bunuh dia, setelah dia mengucapkan Laa ilaaha illallaah.” Usamah lalu berkata, “Dia mengucapkan Laa ilaaha illallaah karena takut mati.” Kemudian Rasulullah saw. bersabda, “Apakah kamu mengetahui isi hatinya?” [HR Bukhari dan Muslim]


“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” [Al Hujuraat 11]


“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” [Al Hujuraat 12]


Dari ayat di atas, sering orang suka mencari-cari kesalahan orang lain. Padahal kalau dia introspeksi, bisa jadi kesalahannya lebih banyak daripada orang yang dia cari.


Hendaknya kita bisa mengikuti para Imam Madzhab dan pengikutnya seperti Imam Hanafi, Imam Malik, Imam Syafi’ie, dan Imam Hambali. Meski mereka berbeda-beda pendapat dalam memahami Al Qur’an dan Hadits, namun mereka tidak saling mengkafirkan atau membid’ahkan. Demikian pula pengikutnya. Mereka tetap menjunjung perintah Allah untuk menjaga persatuan dan persaudaraan Islam/Ukhuwah Islamiyyah.


Mohon dibaca: http://media-islam.or.id/2007/09/06/tauhid-%E2%80%93-mengesakan-allah

2 komentar:

  1. Bagaimana mendakwahi dan menyikapi orang2 Ahmadiyah menurut anda?

    BalasHapus
  2. Ahmadiyah itu sesat dan menyesatkan karena mereka tidak mengakui Nabi Muhammad sebagai Nabi terakhir.
    Mereka mengakui dan mengikuti Ghulam Mirza Ahmad yang hidup di abad ke 19 M sebagai Nabi. Mereka mengingkari firman Allah:

    QS AL AHZAB 40: ” Bukanlah Muhammad itu bapak salah seorang laki-laki di antara kamu tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup Nabi-nabi”.

    http://media-islam.or.id/tag/ahmadiyah/

    BalasHapus