Kamis, 26 September 2013

Made in Indonesia Tapi Kuli di Negeri Sendiri? Tidak!

Pesawat N250 buatan IPTN

Ada sebagian pejabat yang cukup puas jika Made in Indonesia itu adalah pemilik pabrik asing yang membangun pabrik di Indonesia dan memproduksi barangnya di Indonesia. Itu sudah Made in Indonesia, katanya. Meski pemiliknya adalah asing dan orang2 Indonesia cuma jadi kuli belaka.
Tidak salah memang jika Made in Indonesia sekedar Dibuat di Indonesia.
Tapi alangkah baiknya bukan cuma Made in Indonesia. Tapi Made BY Indonesia dan OWNED by Indonesia!



Bagaimana pun misalnya Mobil "Murah" seperti Agya dari Toyota yang harganya sekitar Rp 100 juta itu tetap saja mahal. Dan sepertinya juga akan jadi mahal sebagaimana Toyota yang tahun 1980-an masih jadi mobil murah. Dalam 2-3 tahun juga harganya akan naik jadi Rp 150 juta.
Kenapa mahal?
Karena harus menyisihkan uang demi kepentingan pemiliknya. Pemilik Merek dan Pabriknya.
Jika Indonesia memproduksi mobil sendiri, niscaya harganya cuma US$ 2500 seperti Tata Nano di India atau kurang dari Rp 30 juta.
Para presiden terdahulu sudah mandiri dengan membuat IPTN yang memproduksi pesawat terbang sendiri, INKA yang memproduksi kereta Api, Pindad yang membuat mobil Panser, dsb. Harga-harga barang jadi lebih murah. Dan perusahaan2 tsb adalah BUMN yang merupakan milik rakyat Indonesia. Kita bukan sekedar kuli. Tapi juga tuan di rumah sendiri.
PT Pindad sukses membuat Panser Anoa yang dibeli oleh Malaysia, Brunei Darussalam dan Oman. Bahkan Bangladesh dan Nepal sedang menjajaki pembelian Panser ini.
Kalau negara-negara lain saja mau beli produk Indonesia, ada baiknya Indonesia membuat sendiri berbagai kebutuhan rakyatnya seperti Bis dan mobil untuk angkutan umum, kapal untuk angkutan umum dan nelayan, dsb. Kalau bikin pesawat terbang dan panser bisa, masak mobil biasa tidak bisa?

Sumber:


Tidak ada komentar:

Posting Komentar