Puasa Ramadhan 1430 Hijriyah ini saya mengalami 2 buka puasa bersama yang sangat kontras satu dengan yang lainnya.
Buka Puasa pertama bersama perkumpulan Pengusaha Muslim diadakan di Masjid Hidayatullah di jalan Cipinang Cempedak I Jakarta Timur. Di sana kami buka puasa bersama 150 anak yatim beserta pimpinan Hidayatullah dan Ikhwanul Jannah.
Ada ta’jil berupa kurma, lemper, kue, es buah, dan teh. Kemudian kami shalat Maghrib berjama’ah. Setelah itu disusul dengan buka puasa dengan nasi kebuli dengan lauk kambing beserta buah jeruk. Itu memang menu kesukaan saya. Total mungkin ada 200 orang yang buka puasa bareng ketika itu.
Setelah saling berkenalan, bincang-bincang sebentar dengan pimpinan Pengusaha Muslim. Tak lama adzan Isya’ pun berkumandang. Setelah itu shalat Isya’ berjama’ah dan tarawih dengan imam dari Madinah.
Buka puasa bersama berikutnya bersama rekan sekantor. Demi kerapihan, pimpinan memutuskan makan di luar atau di restoran. Karena berbagai tempat penuh, akhirnya dipilih restoran IS di jalan Melawai Raya.
Sebelum ke sana, kami shalat maghrib dulu di kantor. Sesampai di restoran IS, ternyata ada lambang Salib di atas pintunya. Kemudian ketika makan, diiringi lagu gereja yang ada “Bapak...Bapak...”nya...
Ternyata tempat itu memang bukan tempat yang umum untuk berbuka puasa. Tidak ada hidangan ta’jil berupa air putih dan korma. Bahkan tampaknya para pelayannya tidak siap dengan membludaknya pengunjung di saat Maghrib sehingga tidak semua kursi dilengkapi dengan minuman teh. Jika ada, itu pun hanya setengah gelas.
Kemudian panci berisi kuah pun tidak siap. Meja saya harus menunggu sekitar setengah jam untuk mendapat panci berisi kuah guna merebus makanan yang tersedia. Itu pun hanya satu panci yang datang sehingga meja panjang yang berisi 2 kompor hanya terisi satu panci saja. Jus mangga yang dipesan beberapa teman hingga acara selesai tidak kunjung datang.
Sementara meja lainnya yang justru ditempati pimpinan hingga satu jam belum mendapat panci kuah sehingga pimpinan terlihat “agak” kesal.
Biaya per orang pun menurut teman besarnya Rp 160 ribu/orang. Padahal rasa makanannya seperti bakso masih kalah sedap dibanding makanan yang dijajakan pedagang bakso keliling. Begitu pula dengan makanan lain seperti sosis yang di bawah rasa sosis “Farm House”. Total biaya sekitar Rp 7,2 juta untuk 45 orang. Itu pun suasanya kurang memuaskan.
Saya coba hitung, untuk buka puasa bersama anak yatim, paling banter biaya makanannya Rp 25 ribu/orang. Jadi kalau 200 orang ada Rp 5 juta. Kemudian panitia masih bisa menyumbang untuk anak yatim tersebut. Rasa masakannya pun alhamdulillah di atas rasa masakan restoran yang di bawah “mediocre” itu. Kami merasakan kepuasan lahir dan batin di situ.
Dengan menyantuni anak yatim, kita telah menolong orang yang memerlukan pertolongan kita:
Aku dan pengasuh anak yatim kelak di surga seperti dua jari ini. (HR. Bukhari)
Penjelasan:
(Rasulullah Saw. menunjuk jari telunjuk dan jari tengah dan merapatkan keduanya).
Sebaik-baik rumah kaum muslimin ialah rumah yang terdapat di dalamnya anak yatim yang diperlakukan (diasuh) dengan baik, dan seburuk-buruk rumah kaum muslimin ialah rumah yang di dalamnya terdapat anak yatim tapi anak itu diperlakukan dengan buruk. (HR. Ibnu Majah)
“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?
Itulah orang yang menghardik anak yatim, Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.” [Al Maa’uun:1-3]
Sebaliknya dengan makan di restoran yang mewah, kita selain tidak menolong orang yang membutuhkan pertolongan juga jadi cenderung boros atau berlebihan. Padahal itu kurang baik.
“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.
Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” [Al Israa’:26-27]
Barangsiapa melakukan pemborosan (royal dan tabdzir) maka Allah akan mencegahnya dari perolehan rezekiNya. (HR. Asysyihaab)
Semoga ke depannya, kita semua bisa hidup lebih sederhana dan bisa menolong sesama.
Taqabballahu minna waminkum. Minal Aidin Wal Faizin…Mohon Maaf Lahir Batin…
BalasHapushttp://defrimardinsyah.wordpress.com