Seperti biasa anak saya Hana (6 tahun) dan Irfan minta jalan-jalan ke Taman Cornel Simanjuntak di Jakarta Timur pada hari Sabtu jam 14:00. Kali ini pergi bersama sepupunya Hani (9 tahun).
Di Taman tersebut selain ada lapangan rumput, pohon-pohon hijau, juga ada patung Badak. Hana dan Irfan biasanya selalu “menunggang” patung badak tersebut. Banyak juga anak-anak kecil lainnya bersama para orang tuanya ke tempat tersebut. Ada juga yang bermain bola.
Namun ada sedikit yang mengganggu. Di taman tersebut orang-orang yang pacaran sering datang juga. Biasanya sih paling duduk berdampingan mesra.
Kalau seperti itu saya masih coba bersikap cuek. Daripada nanti ribut, padahal kan bawa anak-anak jadi kurang nyaman. Teman dari teman saya yang anggota FPI pernah main pukul orang yang pacaran meski akhirnya jadi perkelahian. Meski hati agak dongkol namun ya disabar-sabarkan saja.
Anak-anak saya bermain-main di taman sekitarnya. Kadang saya buatkan kitiran dari daun yang ditusuk lidi setelah sebagian daunnya dikupas jadi seperti baling-baling. Kemudian Hana dan Irfan lari membawa baling-baling daun tersebut hingga berputar. Jika bosan, bisa memanjat pohon.
Namun ada ABG yang pacaran bukan sekedar duduk mesra berdampingan, tapi sampai pangku-pangkuan. Sang wanita duduk dipangku pria padahal bangku panjangnya bisa diduduki 4 orang.
Waduh ini sudah vulgar sekali. Kalau dibiarkan, besok-besok orang-orang bisa beradegan seks di taman tersebut. Akhirnya saya dekati dan katakan pada mereka berdua, “Sudahlah, nikah saja. Daripada pacaran dosa…” Mendengar perkataan saya, akhirnya mereka berdua pergi menyingkir.
Alhamdulillah anak-anak saya jadinya aman dari pemandangan mesum tadi.
Keesokan harinya (Minggu) anak-anak minta ke taman lagi. Meski enggan akhirnya saya temani mereka. Ternyata jam 16:00 siang pun tetap ada yang pacaran. Pertama si pria menaruh kepalanya di paha wanita. Namun begitu kami mendekat posisinya berubah jadi agak sopan sedikit. Apa iya setiap ke taman kita harus menegur orang-orang pacaran begitu sambil bawa anak? Harusnya aparat yang menindak tegas hingga tidak “anarki” dan terjadi keributan.
Sesungguhnya anak-anak kecil khususnya Balita senang bermain ke taman. Namun patut disayangkan taman itu juga dipakai oleh orang pacaran. Kalau pacarannya masih sopan sih masih mending. Tapi bagaimana kalau sampai pangku-pangkuan atau bahkan lebih dari itu?
Di AS yang liberal saja kalau ada orang pacaran kelewat mesra sampai pelukan/ciuman di depan umum orang akan menegur “Get a room!” Kalau mau begitu di kamar!
Nah bagaimana di Indonesia? Adakah aturan yang membatasi agar orang tidak melakukan perbuatan mesum di tempat umum? Bahkan ada yang kirim email ke saya bahwa ini masih mending. Di Kebun Raya Bogor, orang biasa melakukan hubungan seks di sana. Tidak ada petugas yang menindaknya.
Taman Cornel Simanjuntak itu persis berada di depan rumah dinas walikota Jakarta Timur, kantor Liga Dunia Muslim, 50 meter dari kantor DPP Hidayatullah, 150 meter dari majalah Sabili. Harusnya bisa lebih terkontrol sehingga tidak dijadikan tempat mesum.
Wah memang susah ya....rasa malu dari bangsa ini sudah tidak ada, sehingga berbuat maksiat bisa di tempat umum.
BalasHapusPasang plang aja yg bertuliskan "Di larang pacaran "atau " Area anak-anak" :)
BalasHapusSyekh Abdul Qadir Jaelani pernah berpesan secara simbolik, "Janganlah menggembalakan domba di dekat rumput milik Raja, karena lengah sedikit saja, maka dombamu akan memakan rumput milik Raja."
BalasHapusBerpacaran (berdua-duaan), antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim terlarang dalam Islam. Bila hal itu dilanggar, maka maksiat adalah kelanjutannya.
Uniknya dalam fakta sekarang, ada beberapa Ustadz yang mengijinkan berpacaran. Mereka menyebutnya "Pacaran Secara Islami" (silahkan dicek di internet)..
Inilah kondisi yang semakin memperlemah perjuangan Umat Islam, untuk menjadi umat yang bermartabat.
Tapi jangan khawatir, karena Allah SWT akan melindungi setiap muslim yang bersungguh-sungguh ingin menjadi muslim, termasuk melindungi generasi penerusnya, insyaAllah.
Untuk share silahkan klik "Sosiologi Dakwah" di http://sosiologidakwah.blogspot.com
Assalamualaikum, pak Ustadz.
BalasHapusTaman Wiladatika, Cibubur, juga jadi ajang pacaran seperti itu. Menyedihkan sekali.
Pcaran..?
BalasHapusgrebek aja pak, pake hansip..
biar langsung dikawinin..
:lol:
Kok respon YIM di blog terhadap komentar anda gak di respon lagi,.. ???
BalasHapusMelihat tulisan YIM yang mohon penjelasan, saya sudah jawab namun sepertinya belum/tidak diapprove YIM.
BalasHapusIntinya saya katakan bahwa ending cerita istri Nabi Luth dan Nabi Nuh yang menolak mematuhi perintah Allah adalah berpisah dari para Nabi tersebut dan akhirnya kena siksa.
Jadi seorang pemimpin wajib membujuk keluarganya terlebih dulu untuk mematuhi perintah Allah lebih baik daripada rakyat yang dipimpinnya.
Begitu.
Wah, jaman memang makin parah Pak.
BalasHapusKalo pengin lebih hot, coba dateng ke situ pas malam hari deh Pak, hehehe. :mrgreen:
salam kenal Pak, thanx sudah mampir ke blogku. :D
emang,jaman sdh ,membuktikan dkt nya kiamat.
BalasHapusTolong tampilkan fotonya
BalasHapus